Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Jumat, 28 September 2012

giberelin


NAMA            : KENNARDY DEWANTO
NIM                : 111510501011
FAKULTAS    : PERTANIAN/AGROTEKNOLOGI

 ZAT PENGATUR TUMBUH GIBERELIN
1. Pengertian Giberelin:
Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon auksin, tetapi fungsi giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Fungsi giberelin adalah membantu pembentukan tunas/ embrio, Jika embrio terkena air, embrio menjadi aktif dan melepaskan hormon giberelin (GA). Hormon ini memacu aleuron untuk membuat (mensintesis) dan mengeluarkan enzim. Enzim yang dikeluarkan antara lain: enzim α-amilase, maltase, dan enzim pemecah protein
Enzim tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa merupakan sumber energy pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
Produksi giberalin yang paling besar berada pada akar dan daun muda. Meskipun demikian pangaruh giberelin hanya pada batang dan daun. Pada batang giberelin bersama auksin merangsang pemanjangan dan pembelahan sel batang. Giberelin juga berpengaruh pada perkembangan buah. Namun kinerja giberelin harus dibarengi dengan control auksin. Salah satu contoh pengaplikasian giberelin adalah pada buah anggur Thompson yang tumbuh besar dan terpisah jauh antara buah yang lain. Perkecambahan biji juga dipengaruhi oleh giberelin, karena setelah sebuah biji mengimbibisi air,giberekin akan dibebaskan dan mengakhiri dormansi biji.

1. 2. Rangkaian Kimia Giberelin
Semua giberelin yang ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat bergabung menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30). Asam diterpenoid disintesis melalui jalur terpenoid dan dimodifikasi di dalam retikulum endoplasma dan sitosol sampai menjadi senyawa yang aktif.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrRQsZsN1KEYEq0nj3w_mFlQzRqPFXJZH7YKxT3ZQxrASyhE09vFF49SZoslYMSLUdayk2nyIvD2AktHwg0y1ITa0mdn3w7yU91UT0EB9G9qy7PS25RUlKzdxbDlnNvJhBmLeBG5hdnMA/s320/DFDF.bmp
Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus hydroksil dapat dibedakan menjadi gugu hidroksil yang berada di atom C nomor 3 dan nomor 13.
1.3 Sistem Kerja Giberelin
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m.Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah diberi GA. Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin.
Giberelin mempercepat munculnya tunas di permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena GA3 memacu aktivitas enzim–enzim hidrolitik khususnya α amilase yang menghidrolisis cadangan pati sehingga tersedia nutrisi yang cukup untuk tunas supaya bisa tumbuh lebih cepat. Tinggi tanaman tidak dipengaruhi oleh giberelin. Hal ini karena giberelin diberikan pada umbi bibit sebelum ditanam sehingga pengaruhnya hanya pada fase awal pertumbuhan yaitu berupa pemacuan pertumbuhan tunas lateral. Pengaruh tersebut tidak terbawa ke fase pertumbuhan selanjutnya sehingga tinggi tanaman tidak terpengaruh.
Penggunaan giberelin juga bisa terjadi menghambat perkecambahan dan pembentukan biji. Hal ini terjadi apabila giberelin diberikan pada bunga maka buah yang terbentuk menjadi buah tanpa biji dan sangat nyata mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel.




1.4 Waktu Pemberian Giberelin
·         Pembungaan
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.
·         Genetik Dwarsfism
Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman keril mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksik karena pemberian giberelin.
·         Pematangan Buah
Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma. Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.
·         Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.
·         Stimulasi aktivitas kambium dan xylem
Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
·         Dormansi
Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.
1.3.1 Contoh Cara Pemberian Giberelin:
1)  Pada Tanaman Hias
Hormon giberelin dipakai untuk tanaman hias yang berbunga .Semprotkan pada arah akar dan tunas, tiap 3-4 hari sekali (3-4 kali saja) saat tanamanhias diperkirakan sudah akan tumbuh bunganya, Lanjutkan dengan pemupukan.Makatanaman hias akan cepat tumbuh bunganya.Untuk tanaman padi, melon, kacang-kacangan, kedelai, kelapa sawit dan lain lainnya, hormonegiberelin disemprotkan kira-kira umur tanaman tersebut sudah akan mulai keluar buahnya. Semprotkan hormone giberelin 3-4 hari sekali (3-4 kali saja), dengan pacuan hormon giberelin dan hormonecolchicine untuk merendam bibit, maka tumbuhnya buah akan lebih besar-besar dan lebih lebat.
Pembentukan bunga pada tumbuhan tergantung pada beberapa faktor termasuk umur dan keadaan lingkungan. Misalnya perbandingan siang dan malam sangat berpengaruh pada beberapa spesies. Beberapa spesies hanya berbunga pada saat lama siang hari melewati titik kritis tertentu dan lainnya hanya berbunga  jika lamanya siang hari lebih pendek dari krisis tertentu. Giberelin dapat menggantikan har panjang yang dibutuhkan oleh bebrapa spesies hal ini menunjukan adanya interaksi dengan cahaya. Giberelin juga mempengaruhi kebutuhan beberapa  spesies pada saat musim dingin untuk menginduksi pembungaan atau berbunga lebih awal.
2) Buah-Buahan

Untuk tanaman buah buahan, randam akar cangkokan tanaman pada larutancolchicine-air selama 20-25 menit, kemudian tanam. Lanjutkan dengan pemakainhormone auksin dan msitokinin. Cara penyemprotannya seperti pada tanaman padi, jagung, melon, kelapa sawit dan sebagainya. Lanjutkan dengan pemupukan danperawatan. Saat tanaman buah buahan diperkirakan sudah akan mulai berbuah, pacukeluarnya buah dengan hormongiberelin.caranya Tertibkan penyiraman, hingga banyak tumbuh tunas. Beri kejutan pada tanaman. Dengan tidak menyiramnyabeberapa hari, sehingga daunnya rontok. Kemudian semprotkan hormone giberelin 3- 4 hari sekali (3-4 kali saja). Setelah itu pacu dengan penyiraman secukupnya. Makabunga buah-buahan akan cepat tumbuh.

1.3.2 Penggunaan giberelin secara komersial        

Ada sekitar 100 giberelin yang berbeda, tapi asam giberelat (GA3) adalah bentuk paling sering digunakan untuk aplikasi komersial. Giberelat asam digunakan untuk mengobati benih beberapa tanaman pangan karena memicu mereka untuk memecahkan dormansi. Dan hasilnya adalah perkecambahan biji yang seragam.
Penggunaan lain komersial untuk giberelin adalah untuk menerapkan tanaman menghasilkan buah tanpa biji. Contoh dari ini adalah anggur tanpa biji. Aplikasi giberelin juga memungkinkan buah untuk sepenuhnya matang dengan ukuran yang lebih besar dari biasanya.
Pembuat Beer juga menggunakan giberelin untuk meningkatkan jumlah gula yang dihasilkan dalam proses malting. Hal ini menghasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi.
1.4 Fungsi Hormon Giberelin
Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
1. Mengatasi Kekerdilan Akibat Mutasi (Gnetic Dwafism)
Giberelin merupakan hormon  yang mampu merangsang pertumbuhan secara sinergi, baik bagian batang, akar, maupun daun. Di dunia pertanian, manfaat giberelin yang penting adalah mengatasi masalah genetic dwafism atau kekerdilan pada tanaman. Genetic dwafism adalah suatu gejala yang di sebabkan adanya mutasi. Dengan pemberian giberelin, tanaman yang tadinya tumbuh kerdil dapat kembali tumbuh normal. Hasil penelitian menunjukan pemberian giberelic acid pada tanaman kacang menyebabkan tanaman yang kerdil menjadi tinggi.
2. Membuat Buah Tanpa Biji (Seedless)                                                                                      
Pemberian giberelin bermanfaat dalam proses parhenocarpy dan fruit set. Parthenocsrpy adalah proses tidak terbentuknya biji dalam buah. Karena itu , pemberian giberelin bermanfaat dalam proses rekayasa untuk menghasilkan buah yang tak berbiji. Pemberian giberelin juga bermanfaat dalam meningkatkan jumlah tandah buah (fruit set) dan meningkatkan hasil buah. Pemberian giberelin juga dapat menyebabkan buah yang telah di panen tidak cepat busuk, sehingga lebih tahan lama.
Gambar. Efek Pemberian Gibberellin pada Anggur Tanpa Biji
Sumber : Campbell dan Reece, 2002 : 813

3. Mempercepat Proses Pertumbuhan
Pemberian giberelin pada fase perkecambahan (Germination) sangat menguntungkan . Giberelin membantu proses anzimatik untuk mengubah pati menjadi gula yang selanjutnya di translokasi ke embrio. Gula akan di gunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan, sehingga pertumbuhan embrio berlangsung cepat. Pemberian GA3 dapat meningkatkan aktivitas kambium dan perkembangan xilem sehingga aktivitas pertumbuhan berjalan lancar dan cepat. Pemberian Giberelin pada tanaman kacang-kacangan akan memacu pertumbuhan dan mempercepat perambatan. Begitu juga pada tanaman semangka, mentimun air, dan mentimun yang di semprot giberelin mengalami perpanjangan batang yang sangat cepat.
4. Mempercepat Proses Pembungaan
Giberelin berfungsi untuk mempercepat proses pembungaan. Giberelin dapat memenuhi kebutuhan bunga beberapa jenis tanaman pada musim dingin ketika potosintesis kurang dan memacu taanaman agar berbunga lebih awal.
5. Meningkatkan Produktivitas
Di Amerika serikat, Perkebunan anggur telah menggunakan giberelin untuk meningkatkan kerenyahan dan ukuran anggur. Di Hawai, giberelin digunakan untuk meningkatkan produksi tebu. Selain itu, giberelin yang disemprotkan ke tanaman seledri menyebebkan tanaman bertambah panjang, bertambah renyah, produksi meningkat. Penggunaan giberelin pada tanaman anggur tahan terhadap infeksi cendawan. Penyemprotan giberelin dilakukan sejak tanaman berbunga dan pada fase pembentukan rangkaian buah. Penyemprotan giberelin pada buah dan daun jeruk nevel bisa mencegah timbulnya gangguan pada kulit buah dan menjaga agar kulit tetap kencang selama penyimpanan.
SUMBER:
Anonymous. 2009. Hormon Tumbuhan (online). http//:Wikipedia.com. diakses tanggal 25 November 2009
Heddy, Suwasono. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta : Rajawali
Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB
 Wattimena G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tumbuhan. Bogor : Pusat Antar Universitas IPB.

Zainal Abidin. 1982. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung : Angkasa




Sabtu, 22 September 2012

Pertanian tradisional,konvesional dan berkelanjutan



 Pengertian Pertanian
Menurut Sanganatan (1989) bahwa Istilah umum “pertanian” berarti kegiatan menanami tanah dengan tanaman yang nantinya menghasilkan suatu yang dapat dipanen, dan kegiatan pertanian merupakan campur tangan manusia terhadap tetumbuhan asli dan daur hidupnya. Dalam pertanian modern campur tangan ini semakin jauh dalam bentuk masukan bahan kimia pertanian, termasuk: pupuk kimia, pestisida dan bahan pembenah tanah lainnya. Bahan-bahan tersebut mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan produksi tanaman. Akan tetapi dua istilah “pertanian alami” dan “pertanian organik” kita kaji lebih mendalam, maka pengertiannya akan berbeda.
Istilah yang pertama “pertanian alami” mengisyaratkan kukuatan alam mampu mengatur pertumbuhan tanaman, sedang campur tangan manusia tidak diperlukan sama sekali. Istilah yang kedua “pertanian organik” campur tangan manusia lebih insentif untuk memanfaatkan lahan dan berusaha meningkatkan hasil berdasarkan prinsip daur-ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat (Sutanto, 1997).
Pertanian adalah salah satu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Ada anggapan bahwa asal mula pertanian di dunia dimulai dari asia tenggara. Awal kegiatan pertanian terjadi ketika manusia mulai mengambil paneranan dalam proses kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturannya untuk memenuhi kebutuhan. Tingkat kemajuan pertanian mulai dari pengumpulan da pemburu, pertanian primitive, pertanian tradisional, dan pertanian modern (Admin UPI, 2012).
Sedangkan menurut Banoewidjojo (1983) pertanian dalam arti luas yaitu semua kegiatan usaha dalam reproduksi fauna dan flora tersebut, yang dibedakan ke dalam 5 sektor, masing-masing pertanian rakyat, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Dalam arti sempit yaitu khusus pertanian rakyat.
Pertanian merupakan bagian agroekosistem yang tak terpisahkan dengan subsistem kesehatan dan lingkungan alam, manusia dan budaya saling mengait dalam suatu proses produksi untuk kelangsungan hidup bersama (Karwan A. Salikin,).
4.2 Pertanian Tradisional
Sistem pertanian tradisional adalah sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif dan tidak  memaksimalkan input yang ada. Sistem  pertanian tradisional salah satu contohnya adalah sistem  ladang berpindah. Sistem  dallang berpindah  telah tidak sejalan lagi  dengan  kebutuhan  lahan yang  semakin meningkat akibat  bertambahnya penduduk.
Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olah hidup di atas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertaniannya sempitdan penanaman hanya tergantung pada curah hujan yang tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah, dan dalam keadaan tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan mengalami bahaya kelaparan yang sangat mencekam. Dalam keadaan yang demikian, kekuatan motivasi utama dalam kehidupan para petani ini barangkali bukanlah meningkatkan penghasilan, tetapi berusaha untuk  bisa mempertahankan kehidupan keluarganya. (bab 12)
Pada Pertanian tradisional biasanya lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup para petani dan tidak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi petani, sehingga hasil keuntungan petani dari hasil pertanian tradisional  tidak tinggi , bahkan ada yang sama sekali tidak ada dalam hasil produksi pertanian.
Sebenarnya pertanian tradisional merupakan pertanian yang akrab lingkungan karena tidak memakai pestisida. Akan tetapi produksinya tidak mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus bertambah. Untuk mengimbangi kebutuhan pangan tersbut, perlu diupayakan peningkatan produksi yang kemudian berkembang sistem pertanian konvensional (Pracaya, 2007).

4.2.1 Pertanian Tradisional berdasarkan fungsi dasar Ekonomi
            Dalam pertanian tradisional biasanya menggunakan prinsip yang mana pertaniaan tradisional hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya sekarang, misalnya pada masyarakat bercocok tanam tanaman padi yang mana hasil padi yang telah di produksi dan diolah menjadi beras kemudian di konsumsi oleh keluarganya, sehingga terus berjalan kelangsungan hidupnya.
            Kemudian ciri dari pertanian tradisional yaitu masih berpaku dan berharap pada alam yang mana ketika masyakrakat menanam suatu tanaman dengan pertanain tradisional maka hasilnya akan tergantung pada proses alam.
Pada sistem pertanian terdapat beberapa evaluasi terhadap aspek ekonomi. Pertanian tradisional jika dilihat dari aspek ekonomi antara lain:
·      Penggunaan teknologi yang belum berkembang.
Dalam hal ini biasanya pada pertanian tradisional menggunakan alat atau teknologi yang masih rendah atau belum berkembang.Yang mana hal ini dapat memperlambat hasil yang di produksi dan akan membuang waktu dlaam proses bercocok tanam. Misalnya pada sistem tradisional masyarakat untuk membajak sawah masih menggunakan kerbau hal ini masih kurang efisiensi dalam pemanfaatan waktu dan tenaga.Akan tetapi dari sektor ekonominya lebih rendah dan minim pengularan untuk mengelolah lahan untuk menghasilkan produk.
·      Tenaga kerja yang masih banyak di gunakan
Untuk pertanian tradisional biasanya diguanakan lebih banyak dalam menggelolah lahan pertanian untuk menghasilkan produksi. hal ini dikarenakan masih minimnya teknologi yang ada sehingga pelaksanaan menggunakan SDM (sumber daya manusia) yang ada. Sebagai contoh dalam hal panen tanaman tebu yang mana digunakan tenaga kerja manusia dalam proses penebangan,kemudian contoh lain proses perontokan helai padi yang masih menggunakan tenaga manusia untuk melakukan walaupun saat ini mulai ada teknologi yang membantu merontokan helai padi. Hal ini mencerminkan bahwa pertanian tradisional masih tergantung dengan Sumber Tenaga Manusia yang ada,akan tetapi dari sektor ekonominya lebih murah.
·      Modal yang dipakai masih sedikit
Dalam hal ini modal dalam pengelolahan produksi pertanian masih sedikit karena kebutuhan yang dibuat tidak terlalu membutuhkan modal lebih .Biasanya juga hanya butuh modal untuk pembayaran tenaga kerja dan lain-lain yang rata-rata minim.
·      Hasil produksi yang masih kurang terjangkau
Dalam pertanian tradisional sering hasil yang di produksi hanya sebatas untuk di konsumsi keluarga maupun masyarakat golongan.Hal ini dikarenakan masih minimnya cara budidaya tanaman sehingga produk yang dihasilkan masih rendah.
4.2.2 Pertanian tradisional berdasarkan fungsi dasar Ekologi
Dalam pertanian tradisional untuk mengolah hasil produk pertanian masih tergantung dengan alam/ekologi sekitar. Dikarenakan dalam proses pertanian tradisional produknya hanya untuk memeunhi konsumsi petaninya,bukan untuk mencari keuntungan besar.
Adapun dampak positif yang terjadi dari pertanian tradisional yaitu:
·      Pelestarian alam yang masih terjamin dan terus berkembang.
Yang mana pelestarian alam terus berjalan karena proses ini berjalan dan akan bisa memproduksi dengan rata-rata konstan untuk musim-musim kedepannya.
·           Tidak adanya kerusakan ataupun pencemaran yang terjadi .
 Proses pertanian tradisional terjadi tampa adaya perusakan ekosistem yang ada sekitar maupun tampa pencemaran yang bisa mengakibatkan penurunan hasil produktivitas pengolahan pertanian.

4.2.3 Pertanian tradisional berdasarkan fungsi dasar Sosial
            Dalam pertanian tradisional terjadi hubungan yang erat antar sesama dikarenakan dalam proses pertanian tradisional menjunjung tinggi tolong menolong dan gotong royong, apalagi dengan sistem tradisional yang menyebakan antar petani salaing membutuhkan dan membantu untuk menghasilkan produktivitas pertanian yang telah di olah.


1.3    Pertanian Konvensional
Keadaan atau gambaran umum dari semua pertanian modern adalah titik beratnya pada salah satu jenis tanaman tertentu, menggunakan intensifikasi modal dan pada umumnya berproduksi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja serta memperhatikan skala ekonomis yang efisien (economies of scale) yaitu dengan cara meminimumkan biaya untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Untuk mencapai semua tujuan, pertanian modern praktis tidak berbeda dalam konsep atau operasinya dengan perusahaan industri yang besar. Sistem pertanian modern yang demikian itu sekarang ini dikenal dengan agri-bisnis. (baba 12)
Intensif merupakan cara bertani yang memanfaatkan inovasi teknologi dengan penggunaan input yang banyak dengan tujuan memperoleh output yang lebih tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pertanian intensif dapat disebut sebagai pertanian modern. Ciri Pertanian Modern (Intensif) adalah penggunaan bibit unggul, aplikasi pupuk buatan, pestisida, penerapan mekanisasi pertanian dan pemanfaatan air irigasi. Sistem pertanian ini mengkonsumsi sumberdaya alam yang tak terbaharui dalamjumlah besar seperti minyak dan gas bumi, fosfat dan lain-lain, sehingga butuh modal yang besar pula. Sistem pertanian seperti ini telah berkembang sedemikian rupa di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia dan dirasakan sangat bermanfaat dalam rangka peningkatan produksi berbagai komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia. Hasil kemajuan teknologi melalui pertanian modern begitu spektakuler dan mengesankan, sehingga fenomena tersebut dipandang sebagai “Revolusi Hijau” (Peter Tandisau dan Herniwatiigasi, 2009).
4.3.1 Pertanian Konvensional berdasarkan fungsi dasar Ekonomi
Dalam pertanian modern (spesialisasi), pengadaan pangan untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi merupakan tujuan pokok. Keuntungan (profit) komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per hektar dari hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pertisida, bibit unggul, dan lain-lain) dan sumber daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian.
Pada sistem pertanian konvensional terdapat beberapa evaluasi terhadap aspek ekonomi. Pertanian konvensional jika dilihat dari aspek ekonomi antara lain:
·      Penurunan lapangan kerja dan peningkatan pengangguran
Dalam sistem pertanian konvensional digunakan teknologi dan bahan-bahan yang berkualitas tinggi. Dengan digunakannya teknologi, kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh petani digantikan oleh mesin yang berteknologi tinggi. Sehingga para petani lambat laun mulai banyak yang kehilangan pekerjaan. Banyaknya petani yang tidak bekerja dapat meningkatkan angka pengangguran. Lapangan pekerjaan untuk petanipun berkurang karena semua kegiatan bertani dapat dilakukan oleh mesin.

·      Peningkatan kemiskinan dan malnutrisi di pedesaan
Petani yang pekerjaannya telah digantikan oleh mesin akan menjadi pengangguran dan tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hiidup keluarganya. Karena itu, kemiskinan semakin menigkat dan banyak anak-anak yang mengalami malnutrisi karena kekurangan makan. Hal tersebut terjadi kebanyakan di daerah pedesaan, karena kebanyakan petani pedesaan adalah petani dengan modal kecil.
·      Pengeluaran lebih banyak
Dengan penggunaan teknologi, sudah pasti biaya produksi akan lebih tinggi karena mesin-mesin harus dibeli dengan biaya yang tinggi. selain itu pengadaan benih berkualitas tinggi juga sangat mahal. pemberian pupuk dan pemberantasan hama menggunakan zat kimia juga akan menambah biaya produksi.
·      Mendapatkan penghasilan lebih banyak atau untung
Hasil produksi dari sistem pertanian konvensional lebih banyak daripada pertanian organik. Dengan hasil yang banyak tersebut petani konvensional akan mendapat untug yang banyak dari hasil penjualan produk pertaniannya.
·      Hanya bisa dilakukan petani dengan modal besar
Sebagian besar yang melakukan sistem pertanian konvensional adalah petani dengan modal besar karena biaya produksi yang digunakan untuk membeli mesin, bahan tanam yang berkualitas tinggi, serta pestisida maupun pupuk kimia memerlukan biaya yang cukup besar.
·      Berorientasi pada pasar eksport dan lokal
Pada sistem pertanian konvensional, produk hasil diorientasikan pada pasar lokal dan ekspor. Hasil yang banyak selain dapat memenuhi kebutuhan lokal juga dapat dijual di pasaran ekspor. Para petani banyak yang menjual hasil pertaniannya di pasar ekspor karena harga jualnya tinggi.
·      Mempunyai resiko produksi yang tinggi
Sistem pertanian konvensional mempunyai resiko produksi yang tinggi karena biaya yang dikeluarkan untuk produksi sangat besar. Apabila pada proses produksi terjadi kegagalan misalnya seperti kerusakan mesin ataupun gagal panen tentunya resiko biaya produksi tidak kembali sangat besar. Dan petani akan mengalami kerugian.

4.3.2 Pertanian Konvensional berdasarkan fungsi dasar Ekologi
Penerapan pertanian konvensional pada tahap-tahap permulaan mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan secara nyata, namun kemudian efisiensi produksi semakin menurun karena pengaruh umpan balik berbagai dampak samping yang merugikan. Bila kita terapkan prinsip ekonomi lingkungan dengan menginternalisasikan biaya lingkungan dalam perhitungan neraca ekonomi suatu usaha dan program pembangunan pertanian maka yang diperoleh pengusaha dan negara adalah kerugian besar. Perhitungan GNP dan GDP yang dilakukan Pemerintah saat ini sebenarnya tidak realistis. Sayangnya biaya lingkungan jarang dimasukkan sepenuhnya dalam perhitungan neraca usaha dan pertumbuhn ekonomi nasional (Pracaya, 2007).
Penelitian pertanian secara konvensional dengan biasnya pada lahan-lahan yang berpotensi tinggi, tanaman ekspor dan petani yang lebih mampu, telah memberikan hasil yang tidak terjangkau oleh sebagian besar petani. Hal ini antara lain disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
·      Peningkatan erosi permukaan, banjir dan tanah longsor
·      Penurunan kesuburan tanah dan kehilangan bahan organik tanah
Pada sistem pertanian konvensional, lahan yang digunakan dapat mengalami penurunan kesuburan tanah dan kehilangan bahan organik. Hal tersebut terjadi karena seringnya penggunaan pupuk kimia ataupun bahan-bahan kimia lain seperti pestisida yang lama-kelamaan akan merusak kesuburan tanah dan mematikan organisme-organisme yang hidup di dalam tanah.
·      Salinasi air tanah dan irigasi serta sedimentasi tanah
·      Peningkatan pencemaran air dan tanah akibat pupuk kimia, pestisida, limbah domestik
Pertanian konvensional adalah pertanian dengan menggunakan bahan-bahan kimia maupun alat-alat modern. Karena hal tersebut jika pertanian konvensional dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan pencemaran air dan tanah akibat pupuk kimia, pestisida, dan limbah domestik.
·      Residu pestisida dan bahan-bahan berbahaya lain di lingkungan dan makanan yang mengancam kesehatan masyarakat dan penolakan pasar
Penggunaan bahan-bahan kimia pada pupuk maupun pestisida pada sistem pertanian konvensional menyebabkan pencemaran lingkungan. Produk-produk yang dihasilkan kurang terjamin kebersihannya dan kelayakannya untuk dikonsumsi karena sudah terkena zat kimia. Oleh karena itu, masyarakat mulai berpikir ulang untuk mengkonsumsi produk yang tercemar oleh zat kimia.
·      Pemerosotan keanekaragaman hayati pertanian
·      Kontribusi dalam proses pemanasan global
Sebagian besar pertanian konvensional selalu menggunakan teknologi tinggi yang tidak ramah lingkungan. Akibatnya banyak terjadi pencemaran air dan pencemaran udara. Hal tersebut akan berkontribusi dalam proses pemanasan global.
·      Merintangi studi dan peningkatan interaksi positif antarberagam tanaman, hewan, dan manusia
·      Eksploitasi unsur hara
Integrasi usaha tani ke dalam pasar nasional maupun internasional menimbulkan suatu penghabisan unsur hara netto jika unsur hara yang diambil tidak dapat dikembalikan lagi. Sangat sedikit teknologi yang dikembangkan untuk mengembalikan unsur hara dari daerah/lokasi konsumen ke daerah produsen.
1.3.3        Pertanian Konvensional berdasarkan fungsi dasar Sosial
·       Hilangnya kearifan tradisional dan budaya tanaman lokal
Masyarakat Indonesia umumnya bertani dengan memperhatikan keadaan sosial disekitarnya. Apabila menggunakan sistem pertanian konvensional, tidak ada lagi kearifan tradisional dan kebanyakan tanaman yang ditanaman adalah tanaman yang sedang naik daun atau tanaman yang dibutuhkan sangat banyak dan berdaya jual tinggi. Sehingga tanaman-tanaman lokal tidak dapat bersaing karena sedikit sekali petani yang menanamnya.
·      Peningkatan kesenjangan sosial dan jumlah petani gurem di pedesaan
Jika di suatu desa digunakan sistem pertanian konvensional dapat terjadi peningkatan kesenjangan sosial di antara para peani. Hal itu disebabkan karena hanya petani yang bermodal besar yang dapat menjalankan sistem ini sedangkan petani dengan modal kecil tidak akan mampu membeli mesin dan bahan tanam seperti petani konvensional. Oleh karena itu pertanian konvensional akan dapat meningkatkan kesenjangan sosial terutama di daerah pedesaan.
·      Ketergantungan petani pada pemerintah dan perusahaan/industri agrokimia
Karena dibutuhkan modal yang sangat besar, para petani konvensional membutuhkan bantuan dari pemerintah dalam hal modal dan informasi-informasi terbaru tentang pertanian. Petani juga akan mengalami ketergantungan dengan perusahaan/industri agrokimia, karena kebanyakan mereka menggunakan bahan-bahan kimia.
·      Rasa kekeluargaan dan kekompakan antar petani berkurang
Pertanian konvensional lebih menggunakan mesin daripada tenaga manusia atau petani. Hal tersebut dapat menyebabkan berkurangnya rasa kekeluargaan dan kekeompakan antar petani. Padahal hal tersebut sangat berbahaya karena petani bisa-bisa bersaing secara tidak sehat.
·      Pengabaian pengetahuan lokal petani
Pendekatan konvensional dari atas ke bawah pada pengembangan teknologi dalam lembaga penelitian pertanian hanya memberikan sedikit kesempatan pada ilmuwan untuk lebih mengenal kondisi. Situasi ini tidak dibenahi oleh sikap umum dari para penyuluh dan peneliti yang telah mendapatkan ilmu di universitas maupun sekolah, bahwa sistem pendidikan formal merupakan sumber utama inovasi dan bahwa informasi hanya bisa datang dari atas.
·      Penekanan pada penelitian
Kondisi produksi lembaga penelitian dan tempa percobaan tidak mencerminan kondisi petani dan tidak mungkin mewakili kondisi pertanian tadah hujan yang sangat beragam. Akibatnya, teknologi yang di uji di tempat [percobaan seringkali tidak bisa diterapkan dengan kondisi petani, sementara kualitas varietas lokal yang baik, yang disesuiakan dengan kondisi lokal, tidak diakui dalam tempat percobaan (Biggs, 1984).
1.3    Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. Pertanian berkelanjutan merupakan tahapan penting dalam menata ulang struktur agraria dan membangun sistem ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi dalam kerangka pembaruan agraria.
Pelaksanaan pertanian berkelanjutan bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan. Oleh karena itu, SPI mengistilahkannya sebagai “Pertanian berkelanjutan berbasis keluarga petani”, untuk membedakannya dengan konsep pertanian organik berhaluan agribisnis. Pertanian berkelanjutan merupakan tulang punggung bagi terwujudnya kedaulatan pangan (Serikat Petani Indonesia, 2008)
Pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosioekonomi. Pertanian berkelanjutan direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia, mengendalikan erosi tanah dan gulma, serta memelihara kesuburan tanah.
Pertanian berkelanjutan memiliki konsep dasar yaitu mempertahankan ekosistem alami lahan pertanian  yang sehat, bebas dari bahan-bahan kimia yang meracuni lingkungan. Dalam pertanian keberlanjutan terdapat komponen dasar agroekosistem baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, dimana komponen dasar agroekosistem tersebut memadukan antara produktivitas (productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan (equlity).
Pertanian berkelanjutan merupakan suatu ajakan moral untuk berbuat kebijakan pada lingkungan Sumber Daya Alam dalam usaha pertanian dengan mempertimbangkan 3 aspek, yaitu:
1.    Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan lingkungan adalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam.
2.    Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi. Sumber daya alam terlanjutkan (tidak tereksploitasi).
3.    Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat setempat. (Lisa navita)
4.4.1        Pertanian Berkelanjutan berdasarkan fungsi dasar Ekonomi
Penerapan pertanian organik, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat antara lain :
·      Produksi pertanian organik jauh dibawah hasil produksi sistem konvensional
Adanya perbedaan hasil ini mencerminkan adanya perbedaan teknik bercocok tanam dan pengalaman petani. Industri pangan organik berkembang sangat cepat sementara petani belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menerapkan sistem pertanian organik yang benar. Perbedaan hasil juga seringkali bergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Beberapa hasil penelitian di kawasan Timur Canada menunjukkan bahwa hasil gandum organik adalah 75% lebih rendah dibanding dengan gandum konvensional. Pada kasus cuaca yang tidak normal, misalnya musim kering yang panjang, maka produktivitas pertanian organik biasanya lebih tinggi dibanding pertanian konvensional. Di samping itu, pertanian organik juga relative lebih tahan terhadap gangguan hama dan penyakit.
·      Minimnya akses transportasi pada lokasi-lokasi yang memenuhi syarat untuk budidaya pertanian organik
Minimnya akses transportasi disebabkan karena daerah yang memenuhi syarat untuk budidaya pertanian organik adalah daerah yang minim pencemaran lingkungan. Hal ini menimbulkan beberapa implikasi lanjutan antara lain : (a). sulitnya mendistribusikan bahan input atau sarana produksi pertanian seperti pupuk dan pestisida organik, benih, dan peralatan kerja; (b). sulitnya membawa hasil/produk pertanian organik dari lahan ke pasar; (c). mahalnya biaya untuk transportasi dari dan ke lokasi budidaya pertanian organik.
·      Pertanian berkelanjutan memerlukan biaya produksi relatif lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional.
Khususnya untuk penyediaan input produksi pertanian konvensional memiliki biaya produksi lebih tinggi daripada pertanian berkelanjutan. Dalam pertanian berkelanjutan pembelian pupuk dan pestisida sintetis tidak diperlukan lagi. pengendalian gulma dilakukan secara mekanis. Pengolahan tanah untuk pengendalian gulma setelah tanaman tumbuh dilakukan dengan cara minimal. Banyak orang berpendapat bahwa pengendalian gulma akan meningkatkan frekuensi pengolahan tanah dan juga biaya. Dalam prakteknya, ternyata tidaklah demikian. Dengan perbaikan struktur tanah dan praktek pengelolaan yang baik, pertanian berkelanjutan justru meminimalkan pengolahan tanah, atau lebih sedikit, dibanding pertanian konvensional.
·      Pendapatan petani bertkelanjutan sedikit lebih besar dibanding dengan petani konvensional.
Secara umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih besar (karena premium price). Industri organik berubah sangat cepat sehingga mempengaruhi ketidakstabilan harga. Sebagai contoh, adanya harga tinggi pada satu jenis komoditi telah mendorong banyak petani menanam komoditi yang sama secara bersamaan. Ini menyebabkan harga turun ketika musim panen. Banyak orang berpendapat bahwa sejalan dengan waktu premium price akan stabil. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani, sebagai contoh biaya pembelian pupuk organik lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia;Harga jual hasil pertanian organik seringkali lebih mahal. Contoh, harga beras organik saat ini Rp. 8.000 – 13.000,-/kg sedang beras biasa Rp. 5.500 – 7.000,-/kg;Petani dan peternak bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari penjualan jerami dan kotoran ternaknya;Bagi peternak, biaya pembelian pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah dari pakan ternak konvensional; Pengembangan pertanian organik berarti memacu daya saing produk agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar internasional akan produk pertanian organik yang terus meningkat. Ini berarti akan mendatangkan devisa bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.
·      Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.
Pertanian berkelanjutan akan merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang berarti adanya lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Disamping itu, penerapan pertanian berkelanjutan juga akan merangsang adanya kerjasama kemitraan antara petani peternak-pekebun untuk menerapkan sistem pertanian terpadu. Dalam hubungan ini, peternak mendapatkan bahan makanan ternak dari limbah pertanian (jerami dan dedak, misalnya) dari petani, sedangkan petani mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos untuk usaha pertanian organiknya. Hal ini secara langsung akan menciptakan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.

4.4.2        Pertanian Berkelanjutan berdasarkan fungsi dasar Ekologi
Prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik dapat dipilahkan sebagai berikut:
·      Memperbaiki kondisi tanah
Dengan menggunakan sistem pertanian berkelanjutan, tanah yang rusak dapat diperbaiki sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
·      Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara
Jika menggunakan sistem pertanian berkelanjutan ketersediaan dan keseimbangan daur hara dapat dioptimalisasi melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.
·       Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.
·       Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman.
·       Pemanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersifat sinergisme dengan cara mngkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanian terpadu.
·      Menghasilkan bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan
·      Kualitas SDA dipertahankan
·      Ramah lingkungan karena menggunakan pupuk kompos, ataupun pupuk kandang yang keseluruhannya berasal dari alam,
·      Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
·      Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Dalam pertanian berkelanjutan diutamakan cara pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas biologi tanah. Dalam pertanian organik peningkatan kesuburan tanah dilakukan tanpa menggunakan pupuk kimia sintetis. Sebagai gantinya digunakan teknik-teknik seperti rotasi tanaman secara tepat, mixed cropping dan integrasi tanaman dengan ternak, meminimalkan pengolahan tanah yang mengganggu aktivitas biota tanah,menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang sari.
·      Penghematan energi
Hasil studi menunjukkan bahwa sistem produksi organik hanya menggunakan 50–80% energi minyak untuk menghasilkan setiap unit pangan dibandingkan dengan sistem produksi pertanian konvensional. Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua sistem produksi sayuran dan buah-buahan.
·      Tidak mencemari air
Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem pertanian lestari (sustainable agriculture system). Kenyataan menunjukkan bahwa polusi air tanah (groundwater) dan air muka tanah (surface water) oleh nitrat dan fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian. Residu pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit seperti Escherichia Coli juga seringkali terdeteksi di sistem perairan.
Pada areal pertanian organik, sumber air dijaga dengan menghindari praktek-praktek pertanian yang menyebabkan erosi tanah dan pencucian nutrisi, pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan yang akan digunakan untuk pupuk organik selalu dikelola dengan hati-hati dan dikomposkan sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian organik.
·      Tidak mencemari udara
Pertanian berkelanjutan terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global karena emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian organik lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik tidak menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida dari pupuk buatan tersebut. Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga menurunkan emisi gas karbon dioksida. Lebih penting lagi, pertanian organik menyediakan penampungan (sink) untuk karbon dioksida melalui peningkatan kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan tanah dengan tanaman penutup tanah.
·      Dapat memanfaatkan limbah
Praktek pertanian berkelanjutan mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.
·      Menciptakan keanekaragaman hayati
Pertanian organik tidak hanya menghindari penggunaan pestisida sintetis, namun juga mampu menciptakan keanekaragaman hayati. Praktek seperti rotasi pertanaman, tumpang sari serta pengolahan tanah konservasi merupakan hal-hal yang mampu meningkatkan keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat yang sehat bagi banyak spesies mulai dari jamur mikroskopis hingga binatang besar. Pertanian organik tidak menggunakan organisme hasil rekayasa genetika (Genetic Enggineering Organism) atau organisme transgenik (Genetically Modified Organism) serta produknya karena alasan keamanan lingkungan, kesehatan dan sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin menyebabkan resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.


4.4.3 Pertanian Berkelanjutan berdasarkan fungsi dasar Sosial
·      Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pada sistem pertanian berkelanjutan, tidak digunakan pupuk kimia secara berlebihan sehingga produk-produk yang dihasilkan layak konsumsi dan aman serta bergizi bagi masyarakat.
·      Kebutuhan dasar seluruh masyarakat terpenuhi
Dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan, hasil produksi yang di dapat stabil sehingga seluruh kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi.
·      Segala bentuk kehidupan dihargai
Manusia hidup di dunia tidak sendiri, melainkan berdampingan dengan hewaan dan tumbuhan. Dengan menerapkannya sistem pertanian berkelanjutan, manusia, hewan, dan tumbuhan dan bekerjasama dengan baik dan semua berperan dalam menghadapi hidup. Sehingga semua bentuk kehidupan dapat dihargai.
·      Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani.
Dengan digunakannya sistem pertanian berkelanjutan dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani. Hal ini dikarenakan petani akan terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian.