Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Rabu, 28 November 2012

Fieltrip Jogya dan solo


I. PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang
Sektor pertanian merupakan bagian integral dari sistem pembangunan nasional dirasakan akan semakin penting dan strategis. Hal tersebut dikarenakan sektor pertanian tidak terlepas dan sejalan dengan arah perubahan dan dinamika lingkup nasional maupun internasional .
Dalam satu abad  terakhir jumlah penduduk dunia telah meningkat secara eksponensial dan diperkirakan mencapai angka 8,3 miliar menjelang tahun 2025. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan lahan untuk pemukiman dan aktifitas industri meningkat, sehingga memaksa manusia berusaha tani pada lahan yang marginal. Guna memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk dunia yang diproyeksikan terus meningkat ini, produksi rata-rata tanaman serealia harus meningkat setidaknya 80 persen hingga tahun 2025 ..
Di lain pihak, hampir seluruh lahan pertanian di dunia telah menurun secara drastis secara kualitas  ekosistem dikarenakan oleh sistem pertanian terdahulu yang disebut dengan sistem pertanian tradisional dan Revolusi Hijau atau sistem pertanian konvensional. Diperlukan suatu strategi pertanian khusus untuk bisa tetap bertahan agraris yakni pertanian berkelanjutan.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi 3 fungsi dasar pembangunan pertanian berkelanjutan. Fungsi tersebut adalah fungsi sosial, fungsi ekonomi, dan fungsi ekologi. Fungsi tersebut direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal (low input). Penggunaan input minimal dalam pendekatan berkelanjutan pada sistem pertanian digunakan dengan alasan bahwa pertanian itu sendiri memiliki kapasitas internal yang besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal .
Tujuan dari sustainable agriculture adalah peningkatan daur ulang secara alami untuk memaksimalakan input menggunakan bahan-bahan organik. Konsep pertanian berbasis ekologi telah berkembang pesat sejalan meningkatnya taraf hidup dan kesadaran lingkungan. Sistem pertanian ekologis (sustainable agriculture) yang dikembangkan antara lain LISA (low input sustainable agriculture), pertanian ekologis terpadu (integrated ecological farming system), dan pertanian organik (organic farming system) (Zulkarnaen, 2009). Untuk lebih mengetahui tentang konsep pertanian berkelanjutan, maka diadakan kunjungan lapang di Jogjakarta dan Solo. Kunjungan lapang tersebut kemudian dirangkum dalam sebuah makalah.

2.1 Tujuan
1.    Untuk mengetahui konsep sistem pertanian berkelanjutan.
2.    Untuk mengetahui indikator pertanian berkalanjutan ditinjau dari sisi ekonomi, ekologi  dan sosial
3.    Untuk mengetahui contoh penerapan sistem pertanian berkelanjutan.


II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah Sistem Pertanian Berkelanjutan
Pertanian  merupakan basis negara agraris seperti Indonesia. Pertanian merupakan sentral utama penghidupan negara Indonesia. Pertanian tradisional adalah salah satu model pertanian yang masih sangat sederhana dan merupakan perkembangan pertanian yang masih sangat sederhana dengan pola masyarakat yang serba kurang menerima teknologi.  Pertanian tradisional merupakan buntut dari pertanian zaman prasejarah yang mulai mengalami peningkatan pola fikir dari sebelumnya huma (ladang berpindah) menjadi pertanian menetap.
Sistem pertanian tradisional adalah sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif dan tidak  memaksimalkan input yang ada. Sistem  pertanian tradisional salah satu contohnya adalah sistem  ladang berpindah. Sistem  dallang berpindah  telah tidak sejalan lagi  dengan  kebutuhan  lahan yang  semakin meningkat akibat  bertambahnya penduduk.
Sistem pertanian Revolusi Hijau juga  dikenal dengan sistem pertanian yang konvensional.  Program Revolusi hijau diusahakan melalui pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas baru yang melampaui daerah adaptasi dari varietas yang ada. Varietas tanaman yang dihasilkan adalah yang responsive terhadap pengairan dan pemupukan, adaptasi geografis yang luas, dan resisten terhadap hama dan penyakit. Gerakan ini diawali oleh Ford dan Rockefeller Foundation, yang mengembangkan gandum di Meksiko (1950) dan padi diFilipina (1960). Revolusi hijau menekankan pada tanaman serelia seperti padi, jagung, gandum, dan lain-lain.
Gagasan tersebut telah merubah wajah pertanian dunia, tak terkecuali wajah pertanian Indonesia. Perubahan yang nyata adalah bergesernya praktik budidaya tanaman dari praktik budidaya secara tradisional menjadi praktik budidaya yang modern dan semi-modern yang dicirikan dengan maraknya pemakaian input dan intensifnya eksploitasi lahan. Hal tersebut merupakan konsekwensi dari penanaman varietas unggul yang responsif terhadap pemupukan dan resisten terhadap penggunaan pestisida dan herbisida. Berubahnya wajah pertanian ini ternyata diikuti oleh berubahnya wajah lahan pertanian kita yang makin hari makin menjadi kritis sebagai dampak negatif dari penggunaan pupuk anorganik, pestisida, dan herbisida serta tindakan agronomi yang intensif dalam jangka panjang .
Data Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan tahun 1993 menunjukkan bahwa luas lahan bermasalah sudah mencapai sekitar 18,4 juta ha dengan rincian 7,5 juta ha potensial kritis; 6,0 juta semikritis; 4,9 juta ha kritis. Bila diasumsikan, laju penggundulan hutan sekitar 2-3 juta ha pertahun dan ditambah dengan lahan  bekas  tambang  maka  luas lahan  kritis di  Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 30-40 juta  hektar .
Keadaan tersebut akan semakin parah karena adanya konversi  lahan  ke nonpertanian, pengrusakan hutan yang mencapai 25  ha permenit atau 2 juta ha per tahun. Selain itu, pemakaian berbagai senyawa xenobiotika seperti  pestisida dan  fungisida berlangsung secara intensif dalam merusak lingkungan antara 300.000 - 600.000 hektar per tahun. Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan juga menyebabkan lahan menjadi kritis. Berdasarkan hasil kajian Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, sebagian lahan pertanian di Indonesia  memiliki kandungan C-organik kurang dari 1%. Hal  tersebut mengindikasikan bahwa anorganik  dengan dosis berapa pun tidak  akan  meningkatkan  produksi.
Adanya dinamika tersebut menyebabkan munculnya ide untuk mengembangkan suatu sistem pertanian yang dapat bertahan hingga generasi berikutnya dan tidak merusak alam. Dalam dalam dua dekade terakhir telah mulai diupayakan metode alternatif dalam melakukan praktik pertanian yang dinilai berwawasan lingkungan  dan berkelanjutan (environtmentally sound and sustainable agriculture). Salah satu caranya adalah menggunakan konsep pertanian berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan atau pembangunan pertanian berkelanjutan pertama kali menjadi pembicaraan dunia pada tahun 1987, tahun 1992 diterima sebagai agenda politik oleh semua negara di dunia sebagaimana dikemukakan dalam Agenda 21, Rio de Jeneiro. Dalam pertemuan tersebut ditegaskan bahwa pembangunan ekonomi jangka panjang dapat dilakukan bila dikaitkan dengan masalah perlindungan lingkungan. Pertemuan Johanesberg, Afrika Selatan (2-4 September 2002) yang merupakan pertemuan puncak Pembangunan Berkelanjutan (”World Summit On Sustainable Development”) menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan membutuhkan pandangan dan penanganan jangka panjang dengan partisipasi penuh semua pihak. Secara jelas dinyatakan bahwa pembangunan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa harus mengorbankan kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang. Di bidang pertanian diterapkan dengan pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan atau berwawasan lingkungan, yang dalam pelaksanaannya sudah termasuk aspek pertanian organik.

2.2 Ciri Pertanian Berkelanjutan
A. Fungsi Ekologi
1. Pengendalian Hama Alami: Pada pertanian berkelanjutan, salah satu cara untuk mengendalikan hama adalah dengan cara metode  mengimpor musuh alami hama tertentu. Metode ini dikenal sekitar 1 abad laludi California. Di sana serangga bersisik (Icerya purchasi) dibasmi mengggunakan serangga  jenis kumbang  (Rodolia cardinalis). Kumbang Rodolia cardinalistelah berhasil memberantas hama serangga bersisik di berbagai belaahan dunia
Selain itu, contoh pengendalian hama menggunakan pemangsa alami juga terjadi pada kumbang badak atau dikenal dengan Oryctes rhonoceros. Kumbang badak diberantas dengan virus yang bersifat patogen (Espig, 1988).
2. Pestisida Alami: Pestisida alami sangat penting bagi  pertanian berkelanjutan. Pestisida alami mengandung senyawa kimia alami yang dapat mengusir hama tanaman budidaya. Contohnya adalah: ekstrak biji daun nimba (Azadirachta indica); ekstrak biji bunga krisan (Chrysanthemum cinerariifolium) efektif mengendalikan semut, aphid, ulat, dan kutu daun;  ekstrak biji bawang putih (Allium sativum) efektif  mengendalikan serangan aphid, ekstrak daun paitan (Tithonia diversifolia) efektif mengendalikan  serangan rayap, bakteri Bacillus thuringiensis efektif  mengendalikan ulat Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis; cendawan Trichoderma sp. dapat menekan serangan Fusarium sp. Rhizoctonia sp., dan Phythium  sp. terhadap  tanaman  hortikultura.
3. Agroforestri: Pada pertanian berkelanjutan, salah satu pola tanam yang digunakan adalah menggunakan pola tanam berbasis agroforestri. Pola tanam ini secara umum adalah pola tanam yang memadukan integrasi pohon hutan dengan ladang.  Fungsi ekologi pohon hutan dapat memberi manfaat berupa pengangkutan unsur hara, penambatan nitrogen, kenaikan bahan organik tanah, perbaikan strutuktur tanah, dan pengendalian erosi. Pohon dapat  mengembangkan sistem perakaran yang jauh lebih dalam dari tanaman musiman, sehingga  pohon dapat menyerap unsur hara yang tidak diserap oleh tanaman budidaya. Unsur hara  yang didapat oleh pohon hutan  dibawa kembali kedalam  daur biologi kedalam kayu pohon, daun, serta buah pohon. Salah satu pohon yang memiliki biomasa  terbesar adalah lamtoro. Penaman pohon lamtoro dalam sistem agroforestri dapat memberikan  dampak positif bagi sistem pertanian berkelanjutan .
 4. Skema Suksesi: Pada pertanian berkelanjutan, salah satu pola bertanamnya adalah meniru suksesi hutan. Metode suksesi biasanya dilakukan pada lahan yang keanekaragamanhayatinya kurang. Konsepnya adalah petani menanam suatu tanaman, kemudian tanaman tersebut tidak dipanen secara total dan membiarkan tanaman budidaya di tumbuhi ilalang dan semak belukar. Dengan adanya metode suksesi, keanekaragaman hayati akan bertambah, sehingga konsep keberlanjutan akan dapat diwujudkan.
 5. Keanekaragaman Tanaman: Ciri umum  dari pertanian  berkelanjutan adalah keanekaragaman  tanaman. Bahkan sistem yang berorientasi pasar pun akan menghasilkan beberapa produk. Salah satu sistem pertanian berkelanjutan yang berorientasi pasar adalah sistem pertanian drip di Meksiko. Dalam banyak hal, mencampurkan tanaman akan  meningkatkan pertumbuhan, bukan  menghalanginya. Penggunaan kacang-kacangan  sebagai  tanaman sela akan  meningkatkan  kesuburan  tanah. Di  Tomo  Acu misalnya, petani  menggunakan pohon  pengikat nitrogen  sebagai  pengganti tiang untuk  tanaman  merica yang merambat.Dengan berbagai jenis tanaman yang ditanam, hal ini akan menghindari kekurangan pangan  karena beragamnya  tanaman yang akan dipanen.
6. Rotasi Tanaman: Salah satu metode  pertanian berkelanjutan adalah menerapkan sistem rotasi tanam. Rotasi tanam dapat meningkatkan kandungan bahan mineral tanah. Rotasi tanam yang  disarankan adalah Rhizobium, Phaseolus sp, dan lain lain. Hal tersebut karena  kedua jenis tanaman  tersebut dapat menimbun N (.
7. Sistem Pengolahan Minimal: Pertanian berkelanjutan juga menggunakan metode sistem pengolahan minimal. Pada tanah yang memiliki  top soil tipis, atau pada tanah yang kemiringannya curam, sebisa  mungkin mengolah tanah  secara minimal untuk pengembalian atau peningkatan unsur hara .
 8. Daur Ulang Zat Hara: Daur ulang zat hara didaerah tropika  berlangsung cepat dan efisien. Kebanyakan hara terikat pada vegetasi hidup. Ketika vegetasi hidup itu mati, zat  hara akan di urai  oleh  mikroba dan  zathara  tersebut  dapat  digunakan  oleh  tanamanan. Pada konsep  pertanian berkelanjutan, hara di lahan pertanian lebih  banyak karena terdapat  pola  daur  ulang hara  dari  tumbuhan  yang telah  mati  lalu  dibiarkan. Dengan  hara yang lebih banyak, lahan dapat ditanami secara lebih intensif tanpa merusak kesuburan  lahan pertanian.
 9. Pengembalian Sisa Tanam: Salah  satu metode  pertanian berkelanjutan adalah pengembalian sisa tanaman. Pengembalian sisa-sisa tanaman dari musim panen pada tanah sedapat  mungkin harus  dilakukan. Dengan teknik pengembalian sisa tanaman pada tanah, sisa tanaman akakn cepat terombak melalui penguraianoleh jasad renik sehingga akan menjadi bahan organik tanah. Adanya bahan organik tanah akan meningkatkan kualitas tanah, sehingga tanaman budidaya akan  tumbuh lebih baik .       
 10. Penggunaan Pupuk Organik: Pupuk oraganik selalu digunakan pada sistem pertanian berkelanjutan. Pupuk organik  berasal dari serasah  tumbuhan atau sisa hewan yang telah  mati. Pupuk organik harus memiliki beberapa persyaratan yaitu: N harus mudah  diserap oleh tanaman dalam bentuk organik, pupuk tidak  meninggalkan asam organik  dalam  tanah, Pupuk sebaiknyamemiliki kandungan C yang tinggi seperti hidrat arang. Pupuk organik memiliki peran penting  untuk menggemburkan lapisan top soil. Pupuk organik dapat  meningkatkan pertumbuhan jasad renik yang baik untuk kesuburan tanah. Walaupun demikian, pupuk organik tidak bis diandalkan karenakandungan mineralnya sedikit .
11. Menggunakan Pupuk Hijau: Pupuk hijau diperlukan dalam sistem pertanian berkelanjutan. Pupuk hijau didapat dengan menggunakan famili leguminosa. Tanaman dari famili leguminosa digunakan karena banyak mengandung N. Adanya N akan  mendorong zat renik untuk menguraikannya. Dalam hidupnya, zat  renik membutuhkan N  untuk hidup. Kandungan N yang tinggi (perbandingan C/N besar) melebihi tersedianya N yang diperlukan jasad renik, kelebihannya ini dimanfaatkan tanaman bagi peningkatan pertumbuhan dan perkembangannya.
12. Penggunaan Bioteknologi Tanah: Pada pertanian berkelajutan, penggunaan biologi tanah cukup menjanjikan. Dengan menggunakan bioteknolgi  tanah, penggunaan pupuk buatan akan dapat dikurangi juga meningkatkan  efisiensi input . Contoh bioteknologi  tanah adalah:
  1. Legin dan Rhizogin: Penggunaan Legin dan Rhizogin yang mampu mengurangi penggunaan pupuk Urea sebesar 50-75%
  2. Azolla: Penggunaan Azolla padapadi sawah  dapat menghemat pemakaian Urea hingga50%
  3. Azotobacter:Inokulassibakteri Azotobacter pada area pertanian biji-bijian  mampu menekan penggunaan urea  antara 60-70 kg ha-1.
  4. Azoxpirilium. Dengan inokulasi bakteri Azosprilium  pemakaian urea dapat dihemat  antara 50-100 kg ha-1.
  5. Ganggang Biru-hijau: Penggunaannya akan menghemat 100 kg ha-1 urea.
  6. Mikoriza: Mikoriza  dapat  melarutkan  fosfat, sehingga dapat menekan penggunaan pupuk TSP antara  70-90%.
13. Metode Konsevasi Tanah: Pada  pertanian berkelanjutan, fungsi ekologi sangat diperhatikan. Salah satunya dengan cara menjaga kesuburan tanah. Dalam konsep pertanian berkelanjutan dalam hal konservasi tanah, dikenal sebuah istilah  yaiutu using for immediate needs and saving for future use yang artinya adalah bahwa dalam mengelola dan pengelolaan tanah, dibutuhkan perhatian mengenai kebutuhan yang segera (sekarang) serta manfaatnya yang akan datang bagi generasi penerusnya . Cara pengkonversian tanah yang bisa dilakukan dalam sistem pertanian yang berkelanjutan adalah:
  1. Berdaya upaya agar permukaan tanah tetap tertutupi tanaman pelindung, sehingga kandungan organiknya dapat dipertahankan.
  2. Pembuatan sengkedan yang mengikuti kontur tanah agar tidak  terjadi  erosi.
  3. Segala tindakan atau perlakuan dalam melakukan pengolahan tanah seperti membajak, menggaru, menyimpan bedengan pembibitan, dan lain-lain harus sejajar dengan garis kontur tanah agar tidak terjadi erosi.
14. Metode Konservasi Air: Metode konservasi air dapat dilakukan dengan sistem pengaturan jadwal irigasi, atau dengan cara yang lebih mudah yaitu mengembangkan tanaman rerumputan yangg tidak mengganggu di sela-sela tanaman budidaya yang dapat berfungsi ganda yang dapat mencegah erosi serta menjadi  makanan ternak .
Salah satu tanaman rumput yang digunakan adalah Cynodon dactylon (bermuda grass), Pennisctum clanddestium (kikuyu grass), dan Pueraria phaseolides (Tropical kudzu). Penggunaan  tanaman rumput diatas sangat  beralasan  karena  tanaman rumput tersebut dapat tumbuh dengan  cepat sehingga dalam waktu  pendek  tanah dapat tertutup pleh rumput tersebut. Rumput tersebut  secara sistematis berfungsi  sebagai  pelindung permukaan  tanah dari tumbukan  butir-butir air  hujan dan  memperlabat  aliran  permukaan, sedangkan bagian  akar  rumput  dapat memperkuat  resistensi  tanah dan  membantu  melancarkan infiltrasi air kedalam tanah .


B. Fungsi Sosial
Pertanian berkelanjutan hadir sebagai salah satu jalan pemutus mata rantai kemiskinan utamanya yang ada di pedesaan. Stabilitas produksi yang terus meningkat dengan harga bahan hasil panen pertanian organik yang tinggi mulai menjajikan input bagi pedesaan miskin. Selain itu, pertanian berkelanjutan juga berkorelasi positif dengan peningkatan kesehatan masyarakat. Hal ini karena produk pertanian yang dihasilkan memiliki sertifikasi aman dimakan, baik dalam jangka waktu yang berkepanjangan, dan bebas pestisida, serta persenyawaan sintetis lainnya.
Pertanian berkelanjutan juga telah berisi campur tangan pemerintah dan para ahli lingkungan pertanian yang mulai tersadar untuk hidup optimal, baik optimal secara ekonomi ataupun optimal dalam menjaga lingkungan agar terus bisa hidup.  Selain itu sumber daya manusia yang digunakan sudah lebih dewasa, lebih terbuka sehingga lebih mengerti benar tentang alam dan bagaimana merawatnya tanpa harus mengabaikan aktivitas ekonomi usaha tani yang berorientasi profit. Pengetahuan didapatkan secara formal mauopun nonformal dari sharing para penuluh lapang.
C. Fungsi Ekonomi
Pendapatan aktual yang dituai memang lebih rendah ketimbang sistem pertanian yang lain hanya saja hal ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya laju perbaikan kualitas lahan-lahan. Sistem permodalan yang digunakan harus bersumber dari dana pribadi, ataupun pinjaman dari bank-bank negeri, koperasi pemerintahan ataupun lembaga penyedia jasa kredit resmi lainnya. Hal ini untuk menghindari terselenggaranya praktek pembungaan pinjaman yang salah. Selain itu diharapkan petani berkontribusi aktif mengikuti asuransi sehingga ketika hasil yang dituai belum maksimal masih tersedia uang untuk tetap betahan hidup. Daya saing ekonomis produk konvensional lebih tinggi. Hal ini karena orientasi pasar yang dituju pertama kali adalah konsumen tingkat atas yang mapan dalam hal membeli. Hasil panenan akan lebih terjual mahal seiring dengan laju kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan organik sebagai salah satu produk dari pertanian berkelanjutan.

 
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1989. Peralatan Produksi Tradisional dan Perkembangannya di Daerah Isitimewa Yogyakarta.  Jakarta: Depdikbud Press.

Djojosumarto P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Elpig Gustaf. 1988. Ekologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Grandwohl Judith dan Greenberg  Russel. 1991. Menyelamatkan Hutan Tropika. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

IPB. 2002. Tahun 1963 Perguruan Tinggi  Menjawab Tantangan Masalah Pangan. Bogor : IPB Press.

Kartasapoetra A.G dkk.. 1985. Teknologi  Konesrvasi  Tanah  dan  Air. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetriono dkk. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Jakarta : Bayumedia.

Sutejo Mul Mulyani. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta.

Tim Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman. 2000. Kebijakan Perlindungan Tanaman Hortikultura Dengan Orientasi Pasar Global. Jakarta : Departemen Pertanian

Zulkarnaen. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta : Bumi aksara.



Jumat, 16 November 2012

identifikasi bakteri Escherichia coli


BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Limbah merupakan salah satu hasil sisa yang tidak dapat dipakai lagi, apabila limbah ini terlalu banyak dilingkungan maka akan berdampak pada pencemaran lingkungan dan berdampak pada kesehatan dari masyarakat sekitar. Limbah dibagi menjadi dua bagian sumber yaitu limbah yang bersumber domestik (limbah rumah tangga) dan limbah yang berasal dari non-domestik (pabrik, industri dan limbah pertanian). Bahan-bahan yang termasuk dari limbah harus memiliki karakteristik diantaranya adalah mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif dan lain-lain. Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menurunkan kulitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.
Air merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi makhluk hidup. Ketersediaan air bersih yang layak di konsumsi menjadi permasalahan utama pada saat ini. Permasalahan kulitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di beberapa tempat tidak layak untuk diminum. Air yang layak diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk diminum.
Kandungan mikroorganisme dalam air limbah sangat berbeda tergantung pada lokasi dan waktu, sehingga kebersihan dan kontaminasi air limbah sangat erat dengan lingkungan sekitar. Untuk mempertahankan hidupnya, mikroorganisme melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini dapat terjadi secara cepat dan bersifat sementara, ada juga yang bersifat permanen yang dapat mempengaruhi bentuk morfologi dan fisiologi secara turun temurun. Oleh karena itu, dalam pembuangan limbah baik yang domestik maupun yang non-domestik di daerah pemukiman sebaiknya dilakukan penataan ulang lokasi pembuangan limbah, agar aliran limbah dari masing-masing pemukiman penduduk dapat terkoordinasi dengan baik, dan tidak menimbulkan penyakit yang meresahkan kehidupan penduduk sekitar.
Istilah bakteri indikator sanitasi dikenal dalam bidang mikrobiologi pangan. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia yang mengingat banyaknya jumlah mikroorganisme ini, maka perlu dilakukan suatu uji pemeriksaan terhadap bahan pangan tersebut agar aman dikonsumsi. Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia sehingga dengan adanya bakteri tersebut pada air atau makanan dapat menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh sebab itu kemungkinan terdapat bakteri patogen lain yang berbahaya. Ada tiga jenis bakteri yang dapat digunakan untuk menunjukkan adanya masalah sanitasi, yaitu Escherichia coli, kelompok Streptococcus (Enterococcus) fecal, dan Clostridium perfringens .
Uji mikrobiologis air dapat dianalisis berdasarkan organisme penunjuk atau indicator organism. Syarat organisme indicator antara lain yaitu terdapat pada air yang tercemar, mempunyai kemampuan bertaha hidup yang lebih besar dari pathogen, terdapat dalam jumlah lebih banyak daripada pathogen, dan mudah dideteksi dengan teknik laboratorium yang sederhana. Biasanya yang digunakan sebagai indicator yaitu dari jenis Escheichia Coli (Escherichia coli atau coli tinja) dikarenakan terdapat hanya dan selalu terdapat dalam tinja .
E.coli merupakan bakteri anaerob fakultatif, dimana bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya oksigen, didalam kondisi ini bakteri tersebut aktif, yang memanfaatkan senyawa organik sebagai media tumbuhnya
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendapatkan air bersih yang bebas dari pencemaran akibat banyaknya aktivitas manusia dewasa ini. Secara umum ada empat kegiatan dalam siklus perputaran air berkaitan aktivitas manusia, yaitu eksplorasi air, konsumsi air, produksi air limbah dan penjernihan air limbah. Pada kegiatan keempat yaitu penjernihan air limbah, terdapat beberapa proses, antara lain penyaringan, sedimentasi, filtrasi dan disinfektansi. Meskipun sistem penjernihan ini tergolong efektif, namun demikian masih cukup mahal terkait dengan sistem dan material yang digunakan

1.2 Tujuan
            Tujuan pada acara praktikum kali ini adalah untuk mengetahui karakteristik tentang bakteri Escheichia Coli dengan cara isolasi bakteri.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah
            Air merupakan kebutuhan dasar mausia karena diperlukan antara lain untuk rumah tangga ,industri dan pertanian dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu harus diperhatikan kualitas dan kuantitas. Kualitas air mudah diperoleh karena adanya siklus hidorlogi yaitu siklus alamiah yang memungkinkan tersedianya air permukaan dan air laut. Namun pertumbuhan penduduk dan kegiatan manusia jelas menyebabkan pencemaran air sehingga kualitasnya sulit di peroleh.
            Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan harus bebes dari pencermaran sedangkan air minum harus memenuhi standar yaitu persyaratan fisik, kimia dan biologis karena air minum yang memenuhi standar kualitas dan menimbulkan gangguan kesehatan (Boekoesoe,2010)
Kandungan mikroorganisme dalam air limbah sangat berbeda tergantung pada lokasi dan waktu, sehingga kebersihan dan kontaminasi air limbah sangat erat dengan lingkungan sekitar. Untuk mempertahankan hidupnya, mikroorganisme melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini dapat terjadi secara cepat dan bersifat sementara, ada juga yang bersifat permanen yang dapat mempengaruhi bentuk morfologi dan fisiologi secara turun temurun. Oleh karena itu, dalam pembuangan limbah baik yang domestik maupun yang non-domestik di daerah pemukiman sebaiknya dilakukan penataan ulang lokasi pembuangan limbah, agar aliran limbah dari masing-masing pemukiman penduduk dapat terkoordinasi dengan baik, dan tidak menimbulkan penyakit yang meresahkan kehidupan penduduk sekitar (Deni, 2004).

2.2 Bakteri Escheichia Coli
Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, bahwa sistem reproduksi bakteri adalah dengan cara pembelahan biner melintang, satu sel membelah diri menjadi 2 sel anakan yang identik dan terpisah. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipat disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari (Sumarsih, 2003).
Pertumbuhan bakteri pada umumnya ditandai dengan empat fase yang khas, yakni periode awal yang tampaknya tanpa pertumbuhan (fase lamban atau lag phase) diikuti leh suatu periode pertumbuhan yang cepat (fase log), kemudian mendatar (fase statis atau stationary phase), dan akhirnya diikuti oleh suau penurunan polpulasi sel-sel hidup (fase kematian atau penurunan). Di antara setiap fase ini ada suatu periode peralihan yang menunjukkan lamanya waktu sebelum semua sel memasuki fase yang baru .
Escherichia coli merupakan indikator pencemaran air. Hal yang menyebabkan menurunkan kualitas air diantaranya jumlah Escherichia coli pada air sumur diluar ambang batas maksimum.( Boekoesoe,2010)
Escherichia coli (E. coli), suatu basil Gram-negatif, menjadi salah satu model paling populer  digunakan untuk mempelajari peran karena logam stres untuk waktu duplikasi dan respon cepat untuk toksi.Peraturan proses seluler berikut paparan ion logam pada kedua transkripsi dan tingkat translasi (Ayudhya,2009)
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rerata total mikroba antara 150.000-2.400.000 koloni/ml, Rerata total Escherichia coli antara 91 – 263 koloni/ml, Rerata uji reduktase antara 4,3 – 6 jam, Rerata derajat keasaman (pH) antara 5,46 – 5,58 (Zubaidah,2008)
Infeksi bakteri yang paling sering menimbulkan diare adalah infeksi bakteri E. coli. Selain Escherichia coli patogen, bakteri-bakteri yang dulu tergolong dalam “non-pathogenic” bakteri seperti Pseudomonas, Pyocianeus, Proteus, Staphylococcus, Streptococcus dan sebagainya menurut penyelidikan para ahli sering pula menyebabkan diare.( Paramitha,2010)
Makanan yang terkontaminasi bakteri E.coli khususnya EHEK menyebabkan diare yang disertai pendaraltan, karena toksin SLT (Shiga like toxin) yang dihasilkannya. Penyakit ini biasanya dikaitkan dengan daging sapi dan susu yang terkontaminasi. Infeksi ini dapat dicegah dengan mengidentifikasi sumbernya antara lain nlakanan yang terkontaminasi(Sudrajat,2000)
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fecal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain .Salah satu anggota kelompok coliform adalah E.coli. Karena E.coli adalah bakteri coliform yang ada pada kotoran manusia, maka E.coli sering disebut sebagai coliform fekal. Pengujian coliform jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan uji E.coli karena hanya memerlukan uji penduga yang merupakan tahap pertama uji E.coli .
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negative yang tahan hidup dalam media yag kekurangan zat gizi. Susunan dinding sel bakteri gram negative memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks daripada sel bakteri gram positif. Bakteri gram negative mengandung sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, da lemak .Adanya lapisan-lapisan tersebut mempengaruhi aktivitas kerja dari zat antibakteri (Rahayu 2003).
Total Escherichia coli terdiri dari Escherichia coli yang berasal dari tinja (disebut Escherichia coli tinja) atau disebut juga coli fecal (baru tercemar tinja), lalu bakteri-bakteri lain selain Escherichia coli (disebut coliform) seperti Klebsiella sp., Enterobacter freundii, Aerobacter aerogenes, atau disebut juga coli nonfecal (pernah terjemar tinja) (Karmana 2008).
Escherichia coli adalah anggota flora normal usus. Escherichia coli berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Escherichia coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak dapat  menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Sri, 2010).
Bakteri E.Coli memproduksi kebih banyak asam di dalam medium glukosa yang dapat dilihat dari indikator merah metal,memproduksi indol,tetapi tidak memproduksi asetoin dan tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. (Faridz,2007)
Escherichia coli merupakan bakteri yang rentan terhadap suhu tinggi. Escherichia coli mempunyai suhu maksimum pertumbuhan 40-45°C, di atas suhu tersebut bakteri Escherichia coli mengalami inaktivasi (Hawa,2011)
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata.
Escherichia coli yang menyebabkan diare dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu enteropatogenik, enteroinvasif, dan enterotoksigenik:
1.        Escherichia coli enteropatogenik menyebabkan gastroenteritis akut pada bayi yang baru lahir sampai pada yang berumur dua tahun. Bagaimana mekanisme kelompok Escherichia coli ini di dalam menyebabkan diare masih belum diketahui, tetapi diketahui bahwa kolonisasi usus halus kosong dan ujung usus bagian atas oleh galur enteropatogenik merupakan prasyarat.
2.        Echerichia coli enteroinfasif menyerang sel-sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis yang mirip sidrom yang disebabkan oleh Shingella. Galur-galur bakteri ini dikenal sebagai enteroinvasif.
3.        Echerichia coli enterotoksigenik (yang menghasilkan enterotoksin) menghasilkan salah satu atau kedua macam toksin yang berbeda. Beberapa galur menghasilkan yang tahan panas (TP), sedangkan yang lain sebagai tambahan mensintesis juga toksin yang tidak tahan panas (TTP). Beberapa galur hanya menghasilkan TTP. Ke daua macam toksin tersebut menyebabkan diare pada orang dewasa dan anak-anak (Adi, 2001).
Escherichia coli memiliki sejumlah antigen yaitu O, K, dan H. Antigen (serotipe) ini penting untuk membedakan strain Escherichia coli yang menyebabkan penyakit. Lebih dari 700 jenis antigen Escherichia coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil bersifat patogen, misalnya strain O157:H7
(EPEC). Antigen O mengacu pada antigen somatik, H mengacu pada antigen flagellar.
Sebagian besar Escherichia coli merupakan flora normal usus kecil dan usus besar yang umumnya tidak menyebabkan penyakit (non-patogenik). Namun demikian, non-patogenik Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit jika berada di luar usus misalnya, ke dalam saluran kemih (infeksi kandung kemih atau ginjal), maupun ke dalam aliran darah (sepsis). Strain Escherichia coli yang lain (enterovirulent Escherichia coli strain atau EEC termasuk EPEC) menyebabkan keracunan atau diare meskipun berada di dalam usus dengan memproduksi racun mengakibatkan peradangan pada usus.
Hasil pengolahan limbah cair tersebut belum bisa dijadikan air layak minum, baik setelah pengolahan secara aerasi maupun non aerasi. Hal ini disebabkan air sampel masih mengandung Escherichia coli dan Mn yang tinggi, dimana sesuai dengan Kepmenkes RI No. 492/MENKES /PER/IV/2010, kandungan Escherichia coli yang diperbolehkan 0 jumlah/100 ml dan Mn yang diperbolehkan 0,4 mg/L dalam air, sedangkan setelah pengolahan dengan proses aerasi dan non-aerasi Mn berkisar antara 0,2 - 1, 075 mg/L .
BAB IV. HASL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No
Jenis Limbah
Keterangan
1.
Limbah cair pabrik gula
a)    Jumlah koloni >>> U1= 104 , U2=146
b)   Bentuk koloni >>> U1 dan U2 = Bulat
c)    Bentuk tepi koloni >>> U1 dan U2 = Rata
d)   Morfologi sel
e)    Bau >>> Menyengat
f)    Warna >>> Limbah = putih
                         U1 dan U2 = Kuning kecoklatan
2.
Limbah cair teksil
a)    Jumlah koloni >>> U1= 784 , U2=750
b)   Bentuk koloni >>> U1 dan U2 = Bulat,Batang
c)    Bentuk tepi koloni >>> U1 dan U2 = Rata
d)   Morfologi sel
e)    Bau >>> Menyengat
f)    Warna >>> Limbah= Ungu pekat
                          U1 dan U2 = Coklat pucat
3.
Limbah cair rumah tangga
a)    Jumlah koloni >>> U1= 375 , U2=401
b)   Bentuk koloni >>> U1 dan U2 = Bulat
c)    Bentuk tepi koloni >>> U1 = Bulat bergerigi
                                             U2 = Bulat bergerigi
d)   Morfologi sel
e)    Bau >>> Menyengat
f)    Warna >>> Limbah = Abu-abu
                          U1 dan U2 = Coklat pucat
4.
Limbah cair pabrik karet
a)    Jumlah koloni >>> U1= 445 , U2=425
b)   Bentuk koloni >>> U1 dan U2 = Bulat,Lonjong
c)    Bentuk tepi koloni >> U1 = Rata, bergelombang
U2 = Rata, bergelombang
d)   Morfologi sel
e)    Bau >>> Menyengat
f)    Warna >>> Limbah = Putih
                          U1 dan U2 = Putih

4.2 Pembahasan
            Dari hasil pengamantan yang telah dilakukan mengenai pengenalan bakteri Escherichia coli pada beberapa sumber limbah yaitu limbah cair pabrik gula kemudian limbah cair tekstil, limbah cair  rumah tangga dan limbah cair pabrik karet. Dalam hal ini dari tiap-tiap limbah di identifikasi mengenai adanya Escherichia coli  dan pengaruh limbah tersebut apakah limbah tersebut tercemar atau tidak.
Dari hasil data yang di peroleh pada tiap-tiap kelompok dikatakan bahwa pada kelompok 1 mengenai limbah pabrik gula dikatakan untuk ulangan pertama jumlah koloni  Escherichia coli 102 sedangkan untuk ulangan ke dua sebesar 146 dimana untuk bentuk koloni pada ulangan pertama  dan kedua sama-sama berbentuk bulat.Bentuk tepi koloni pada ulangan pertama dan ke dua yaitu rata dimana bau yang di rasakan adalah menyengat.Untuk morfologi sel dari bakteri Escherichia coli pada limbah pabrik gula adalah bulat lonjong sifat grap positif dengan warna limbah putih dan untuk ulangan pertama maupun ulangan kedua berwarna kuning kecoklatan.
   Untuk kelompok 2 pada limbah cair tekstik dikatakan bahwa pada ulangan pertama jumlaha koloni yang ada sebesar 784 dengan bentuk bulat batang dan bentuk tepi koloni rata.Sedangkan untuk ulangan kedua jumlah koloni Escherichia coli  sebanyak 750 dimana bentuk koloni bulat batang dan brntuk tepi koloni adalah rata.Pada morfologi sel Escherichia coli  berbentuk bulat dimana untuk baunya yang menyengat .Untuk warna limbahnya ungu pekat dengan ulangan pertama da kedua berwarna coklat pucat.
Pada kelompok 3 pada limbah cair rumah tangga dikatakan bahwa pada ulangan pertama jumlah koloni Escherichia coli  sebanyak 375 dengan bentuk koloni bulat dan tepi koloni bulat bergerigi.Sedangkan pada ulangan kedua jumlah koloni sebanyak 410 dengan bentuk koloni bulat dan tepi koloni berbentuk bulat bergerigi.Pada morfologi selnya berbentuk bulat dimana bau limbah untuk ulangan pertama dan kedua menyengat.Sedangkan untuk warna  limbah adalah abu-abu dimana untuk ulangan pertama berwarna coklat pucat dan ulangan kedua dengan warna coklat pucat juga.
Pada kelompuk 4 mengenai limbah cair pabrik karet dikatakan bahwa pada ulangan pertama jumlah koloni Escherichia coli sebanyak 445 dengan bentuk koloni bulat lonjong dengan bentuk tepi koloni rata bergelombang.Pada ulangan 2 jumlah koloni Escherichia coli sebanyak 425 dimana bentuk koloni bulat dan lonjong.Bentuk tepi koloni rata dan bergelombang. Pada morfologi selnya berbentuk bulat dimana bau limbah menyengat dan warna putih dengan ulangan pertama dan kedua berwarna putih.
Dari Hasil Data Dikatakan Bahwa untuk jumlah koloni Escherichia coli paling terbanyak pada limbah cair tekstil pada ulangan ke dua dimana jumlahnya sebesar 780. Sedangkan jumlah koloni Escherichia coli paling sedikit adalah  limbah pabrik gula dengan sebesar 102 pada ulangan pertama. Sehingga dikatakan bahwa untuk limbah cair tekstil dengan jumlah koloni terbanyka maka limbah tersebut termasuk limbah tercemar sedangkan untuk limbah cair pabrik gula merupakan limbah yang relatif limbah tidak berbahaya sehingga tidak menggagu manusia.Sedangkan pada limbah cair rumah tangga dan limbah cair pabrik karet  relatif aman tergntung faktor-faktor penyebabnya.
Escherichia coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman, Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi hewan. Pada 1885, beliau menggambarkan organisme ini sebagai komunitas bakteri coli (Escherich 1885) dengan membangun segala perlengkapan patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan. Nama “Bacterium Coli” sering digunakan sampai pada tahun 1991. Ketika Castellani dan Chalames menemukan genus Escherichia dan menyusun tipe spesies E. Coli.
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata.
Struktur sel Echerichia .coli dikelilingi oleh membran sel, terdiri dari sitoplasma yang mengandung nukleoprotein. Membran sel Escherichia coli ditutupi oleh dinding sel berlapis kapsul. Flagela dan pili Escherichia coli menjulur dari permukaan sel. Tiga struktur antigen utama permukaan yang digunakan untuk membedakan serotipe golongan Escherichia coli adalah dinding sel, kapsul dan flagela. Dinding sel Escherichia coli berupa lipopolisakarida yang bersifat pirogen dan menghasilkan endotoksin serta diklasifikasikan sebagai antigen O. Kapsul Escherichia coli berupa polisakarida yang dapat melindungi membran luar dari fagositik dan sistem komplemen, diklasifikasikan sebagai antigen K. Flagela Escherichia coli terdiri dari protein yang bersifat antigenik dan dikenal sebagai antigen H. Faktor virulensi Escherichia coli juga disebabkan oleh enterotoksin, hemolisin, kolisin, siderophor, dan molekul pengikat besi (aerobaktin dan entrobaktin)
Klasifikasi Escherichia coli menurut Songer dan Post (2005) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
            Escherichia coli berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Escherichia coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan Manifestasi klinik infeksi oleh Escherichia coli bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain .Penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli yaitu :
1. Infeksi saluran kemih
Escherichia coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih pada kira-kira 90 % wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.
2. Diare
Escherichia coli yang menyebabkan diare banyak ditemukan di seluruh dunia. Escherichia coli diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya, dan setiap kelompok menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Ada lima kelompok galur Escherichia coli yang patogen, yaitu :
a. Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC)
EPEC penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare pada anak-anak di negara maju. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil.
b. Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEC)
ETEC penyebab yang sering dari “diare wisatawan” dan penyebab diare pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil.
c. Escherichia coli Enteroinvasif (EIEC)
EIEC menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan shigelosis. Penyakityang paling sering pada anak-anak di negara berkembang dan para wisatawan yang menuju negara tersebut. Galur EIEC bersifat non-laktosa atau melakukan fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak dapat bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus.
d. Escherichia coli Enterohemoragik (EHEK)
EHEK menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksisnya pada sel Vero, suatu ginjal dari monyet hijau Afrika.
e. Escherichia coli Enteroagregatif (EAEC)
EAEC menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang.
3. Sepsis
Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis.
4. Meningitis
Escherichia coli dan Streptokokus adalah penyebab utama meningitis pada bayi. Escherichia coli merupakan penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis neonatal