Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Senin, 17 Desember 2012

Uji kelayakan benih/biji


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.
Dalam keberhasilan peningkatan dalam usaha tani sangat dipengaruhi oleh beberapa bahan input berbagai faktor produksi yang salah satunya adalah penggunaan benih dalam budidaya berkualitas. Dengan menggunakan benih bermutu diharapkan akan meningkatkan produktivitas  bagi petani dapat mengurangi dari serangan hama penyakit dengan menggunakan benih unggul. Dengan penggunaan benih yang bermutu diharpakan adanya peningkatan produksi akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani.
Benih yang dikatakan bermutu dengan kriteriayaitu asli, berkualitas yang memiliki standar mutu baik secara fisik, fisiologis, dan genetis yang berlaku secara internasional dan mencerminkan karakteristik varietas yang diwakilinya, hidup dapat tumbuh apabila ditanam, sehat, tahan terhadap penyakit, benih tidak menjadi sumber investasi gulma. Dengan persyaratan yang menjelaskan tentang benih yang bermutu dimana perlu dilakukan pengujian mutu benih seperti pengujian daya berkecambah, kemurnian benih, kadar air hingga pengujian kesehatan benih. 
Dalam pengujian mutu benih, pengujian kesehatan benih adalah melihat kesehatan benih baik dari dalam benih yaitu fisiologis maupun permukaan benih, dimana benih tersebut mengandung patogen apa tidak baik tanda-tanda di permukaannya yang menyebabkan benih  tersebut terjadi penyimpangan yang menyebabkan benih tersebut tidak bisa melakukan fungsinya secara normal sebagai bahan perbanyakan tanaman.
 Dalam hal ini benih bermutu selalu diharapkan dengan kualitas yang tinggi bagi seluruh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses budidaya. Untuk menjaga kualitas benih tersebut, maka peranan pengujian benih menjadi sangat penting dan harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani.
Benih dikatakan sehat jika benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Patogen adalah suatu kesatuan hidup yang dapat menyebabkan penyakit. Sedangkan patogenisitas adalah kemampuan relatif dari suatu patogen untuk menyebabkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkannya kemungkinan dapat terjadi pada kecambah, tanaman muda ataupun tanaman yang telah dewasa. Semua golongan patogen seperti cendawan, bakteri, virus, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini dapat terjadi karena benihnya telah terinfeksi atau kerena kontaminasi pada permukaan benih. Kebanyakan patogen yang terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau disemaikan. Sebagai akibatnya benih menjadi busuk sebelum atau sesudah benih berkecambah. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdekteksi dan dapat mengurangi dampak dari patogen pada benih tersebut dan merupakan informasi tentang adanya suatu resiko dari serangan patogen itu.

1.2 Tujuan
1.        Untuk mengetahui pengaruh dari pelaksanaan uji kelayakan benih.
2.        Untuk mengetahui metode-metode dalam uji kelayakan benih.



                          BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Benih
Benih merupakan faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih sangat penting dalam memproduksi tanaman yang memiliki kualitas tinggi. Keberadaan benih juga sangat penting dalam meningkatkan plasma nutfah untuk kepentingan pemuliaan tanaman. Benih merupakan bahan tanam yang berasal dari pembiakan secara generatif atau juga disebut sebagai hasil dari persilangan. Dalam proses budidaya, benih merupakan faktor utama dalam produksi, tanpa benih proses budidaya tidak akan berjalan.
Penyimpanan benih tidak dapat menghentikan deteriorasi, akan tetapi penyimpanan yang baik dapat memperlambat deteriorasi. Deteriorasi merupakan semua proses dan akibat yang menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil benih setelah masak fisiologis (Andayanie, 2009).
Benih yang mempunyai mutu berkualitas yang mana benih tersebut bebas dari patogen. Patogen adalah suatu kesatuan hidup yang dapat menyebabkan penyakit pada benih. Sedangkan patogenisitas adalah kemampuan relatif dari suatu patogen untuk menyebabkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkannya kemungkinan dapat terjadi pada kecambah, tanaman muda ataupun tanaman yang telah dewasa. Semua golongan patogen yang dapat menyerang benih seperti cendawan, bakteri, virus, dan nematoda. Yang mana jika benihnya telah terinfeksi atau kerena kontaminasi pada permukaan benih yang mana terjadi proses abnormal pada fisiologis benih. Kebanyakan patogen yang terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau disemaikan.Akibat dari benih yang terserang maka benih mengalami pembusukan dan rusak sebelum atau sesudah benih berkecambah. Patogen yang menginfeksi benih dapat diidentifikasi sebagai berikut: :
a. Seed bornediseases
b. Seed transmitted diseases
c. Seed contamination diseases

2.2 Perkembangan Patogen pada Benih
Dalam perkembangan patogen yang terdapat pada benih dibutuhkan keadaan lingkungan yang berbeda agar dapat tumbuh dan menghasilkan spora dari patogen tersebut. Oleh sebab itu kondisi lingkungan pada waktu pengujian kesehatan benih harus benar-benar teliti dalam keadaan iklim pada patogen sehingga dapat merangsang pertumbuhannya. Sehingga untuk mengetahui kualitas mutu dari benih terhadap serangan patogen  baik sebelum maupun sesuadah  yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan benih dalam uji benih.
Pemeriksaan kesehatan benih adalah suatu tindakan untuk memastikan ada tidaknya mikroorganisme patogenik yang terbawa oleh benih. Uji kesehatan benih merupakan suatu kegiatan yanga dilakukan untuk mengetahui kesehatan suatu benih. pentingnya uji kesehatan benih dilakukan adalah karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya.

2.3 Penjelasan Uji Kelayakan Benih
Dalam pengujian kesehatan benih dilakukan sangat penting karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas produk, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdeteksi dan dapat mengurangi penyakit pada benih tersebut (Sutopo, 2002). Kulit benih dan struktur disekitarnya yang telah terserang patogen dapat mempengaruhi kemampuan perkecambahan benih melalui penghambatan terhadap penyerapan air, pertukaran gas, difusi inhibitor endogenous atau penghambatan pertumbuhan embrio. Sementara jika penghambatan perkecambahan terjadi pada benih yang tidak mempunyai kulit keras atau tidak memerlukan skarifikasi untuk penyerapan air, maka kemungkinan penyebabnya adalah penghambat bagian lain dari benih misalnya endosperma (Watkins ,Cantliffe, 1983). Patogen yang menginfeksi benih dapat menyebabkan perubahan benih menjadi :
a.    Berubah secara fisik dan kimiawi
b.    Berkecambah secara abnormal
c.    Tidak dapat berkecambah
d.    Kecambahnya tidak mampu muncul kepermukaan lahan
e.    Hasil pengujian viabilitas kecambahnya jadi terpengaruh.
2.4 Metode Uji Kelayakan Benih
Pengujian benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Karena itu, pengujian dilaboratorium dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan agar mencapai perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh benih. Kondisi yang terkendali telah distandarisasi untuk memungkinkan hasil pengujian yang dapat diulang sedekat mungkin kesamaannya (Anonim, 2003). Hal ini sangat penting agar patogen tersebut dapat diidentifikasi terutama patogen yang terdapat dalam benih. Disamping itu memerlukan latihan dan macam peralatan yang berbeda pula. Metode yang digunakan atau dipilih tergantung dari jenis patogen atau keadaan yang akan diselidiki, jenis benih tanaman, dan maksud dari pengujian. Pemilihan metode yang tepat serta evaluasi hasil, memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini metode dilakukan sesua patogen yang menyerang benih.

1. Pengujian Cendawan 
Cendawan terbawa benih dapat menimbulkan penyakit pada tanaman sebelum benih berkecambah, pada waktu tanaman masih muda atau menjelang berbunga atau berbuah. Selain dapat menyebabkan penyakit pada tanaman itu sendiri, cendawan dapat pula menjadi sumber infeksi untuk tanaman lain. Cendawan dapat mempertahankan diri di lapang misalnya pada sisa tanaman dan gulma. Pada keadaan ini cendawan akan menjadi sumber inokulum. Meskipun saat penanaman menggunakan benih yang sehat, tetap terserang penyakit. Cendawan terbawa benih dapat bertahan lama di lapang (Sugiharso at al. 1980). Informasi tentang asosiasi cendawan pada benih serta peran dari masing-masing cendawan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan bibit dan tanaman sehat di lapang. Terdapat beberapa metode dalam pengujian Cendawan  salah satunya: 
a.) Metode inkubasi cendawan dengan metode blotter test (metode kertas saring)
Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit kemudian dibilas dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan dikeringkan dengan tissue steril. Kemudian benih disusun pada petridish yang telah dilapisi kertas saring steril. Petridish diletakkan di ruang inkubasi dibawah lampu NUV selama 7 hari. Setelah 7 hari pertumbuhan cendawan diamati dengan menggunakan compound mikroskop. 
b.) Metode nkubasi Cendawan dengan Metode Agar Test 
Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit kemudian dibilas dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan dikeringkan dengan tissue steril. Untuk benih besar, benih dipotong terlebih dahulu sedangkan untuk benih kecil langsung ditanam pada media agar (PDA) yang telah disiapkan di petridish. Petridish diletakkan di ruang inkubasi dibawah lampu NUV (Near Ultra Violet) dengan 12 jam gelap dan 12 jam terang selama 7 hari. Setelah 7 hari pertumbuhan cendawan diamati dengan menggunakan compound mikroskop.

2. Pengujian Bakteri 
Metode pengujian kesehatan benih pada bakteri biasanya digunakan pada dasarnya tergantung pada macam-macam dari benih yang dipakai dan organisme pengganggu tanaman yang mungkin terdapat pada benih tersebut. Keberadaan suatu patogen seringkali baru dapat diketahui dengan pasti setelah melalui teknik pemeriksaan atau pengujian tertentu. Penggunaan media yang tidak steril atau ruang kerja tidak steril. Dimana  kemungkinan besar akan terjadi kontaminasi atau terinfeksi oleh bakteri sehingga akan menyulitkan dalam mengidentifikasi bakteri yang terdapat pada benih tersebut. 

3. Pengujian Virus 
Benih memegang peranan penting dalam budidaya tanaman. Kualitas benih yang baik merupakan syarat penting untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan menguntungkan. Salah satu karakter mutu adalah tidak terdapatnya patogen terbawa benih, yang salah satunya adalah virus. Kerugian secara ekonomis akibat serangan virus sering tidak dapat diketahui secara pasti, karena pada kondisi lapang infeksi virus atau patogen lainnya sering terjadi secara simultan (Balitsa, 2006). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala virus pada suatu tumbuhan dapat dilakukan melalui beberapa pengujian antara lain salah satunya: 
a. Pengujian Growing on Test 
Menyiapkan media tanam pasir dan kompos (1:1), mengambil benih secara acak dari sampel benih dan menanam benih tersebut pada media yang telah disiapkan dan mengamati dan mencatat gejala-gejala yang timbul pada tanaman. 
b. Pengujian Tanaman indikator 
Menyiapkan tanaman indicator misalnya tembakau, menyiapkan ekstrak daun yang memiliki gejala terserang virus, menaburi daun tanaman indicator dengan carborundrum, mengolesi daun indicator tersebut dengan ekstrak daun dengan menggunakan cotton bud. Kemudian daun tersebut disemprot dengan aquades dan dibiarkan selama 3-4 hari atau setelah menunjukkan adanya gejala. 
c. Pengujian Ellisa 
Metode Ellisa disebut juga metode langsung (Direct Elisa/DAS Elisa) yang merupakan metode pengujian untuk mengetahui suatu sampel mengandung virus atau tidak. 






Jumat, 14 Desember 2012

Pupuk BOkashi


BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Limbah pertanian merupakan  sisa-sisa hasil pertanian yang berasal dari tumbuhan dan hewan ternak  misalnya sisa dari pemanenan hasil  tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, sampah rumah tangga, kotoran hewan ternak  dan sebagainya. Pemanfaatan limbah pertanian sangat perlu kita lakukan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan selain itu dapat dijadikan masukan/tambahan bagi petani ataupun masyarakat yang memanfaatkan limbah tersebut.
Masyarakat telah menyadari bahwa menggunakan bahan-bahan kimia non alami seperti pupuk dan pestisida sintetik serta hormon tumbuhan dalam memproduksi hasil pertanian ternyata menimbulkan efek terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Selama ini para petani telah banyak memanfaatkan bahan organik sebagai pupuk di lahan pertanian, karena bahan tersebut merupakan bahan yang cepat melapuk. Salah satu contoh bahan organik yang digunakan antara lain kotoran hewan (sapi, kambing, ayam, dll) dan limbah pertanian. Dengan munculnya berbagai pupuk alternatif dan untuk menunjang pembangunan pertanian yang ramah lingkungan, maka dengan ini digalakan pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pembuatan pupuk organik, bahkan beberapa petani/swasta telah mencanangkan adanya pertanian organik. Pada saat ini banyak dijumpai berbagai merk dagang pupuk organik yang dijual dipasaran. Pupuk organik dapat berupa pupuk kandang, kompos dan campuran keduanya.
          Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Teknologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat memanfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai system pertanian. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini.
Mahalnya pupuk kimia dan langkanya kompos di pasaran membuat banyak praktisi tanaman berpaling pada Pupuk Bokashi. Permintaan pasar pun mengalami peningkatan. Walaupun memang sebelum mengenal Pupuk Bokashi mereka menggunakan kompos atau pupuk kimia untuk memberikan nutrisi pada tanamannya.
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effektive Microorganisms 4). Selain itu bokashi juga terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski efek ini baru dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut sangat wajar karena pupuk alami semacam bokashi biasanya memang mengandung unsur hara dalam dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya. Belum diketahui dengan jelas mengapa petani di Indonesia enggan menggunakan bokashi. Padahal bila mau, bahan baku bokashi tersedia melimpah dan bahkan seringkali dianggap sebagai limbah sehingga kerap dihargai sangat murah.

1.2  Tujuan
1. Untuk mengetahui bahan apa saja yang dapat digunakan dalam pembuatan pupuk bokashi.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan pupuk bokashi.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan pupuk bokashi








BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penjelasan Bahan Organik
            Bahan organik mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah.Selain itu bahan organik juga berperan terhadap pasokan hara dan ketersediaan P. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan pori total tanah dan menurunkan berat volume tanah.
Bahan organik sangat penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas atau bahan pemantap agregat, sebagai sumber hara tanaman dan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah (Nurhayati et al., 1986). Fungsi penting bahan organik antara lain memperbaiki struktur tanah dan daya simpan air, menyuplai nitrat, sulfat, dan asam organik untuk menghancurkan material, menyuplai nutrisi, meningkatkan NPK dan daya ikat hara, serta sebagai sumber karbon, mineral, dan energi bagi organisme (Syukur,Harsono,2008 dalam Ruslan,dkk,2009).
Pengaruh bahan oganik terhadap sifat kimia tanah antara lain terhadap kapasitas tukar kation dan anion, pH tanah, daya sangga tanah, dan  terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan KPK tanah yaitu kemampuan tanah untuk menahan kationkation dan mempertukarkan kation hara tanaman. Pengaruh bahan organik terhadap pH tanah tergantung pada kematangan bahan organik dan jenis tanah. Bila diberikan pada tanah masam dapat meningkatkan pH tanah (Suntoro, 2001).

2.2 Pengertian Kompos
            Pengomposan adalah proses dekomposisi terkendali secara biologis terhadap limbah padat organik diubah menyerupai tanah seperti halnya humus atau mulsa. Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijau, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian sehingga dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, enzi hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin (Sutanto, 2002).
            Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif (3-4 bulan), mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok dari pada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi umumnya meliputi spektrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan substrat tersebut, yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya (Simamora, dkk, 2006). 
         Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang . Penambahan bahan organik di tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman (Lingga, 2000).
Faktor yang mempengaruhi pengomposan diantaranya:
·         Nilai C/N bahan
·         Ukuran bahan
·         Komposisi bahan
·         Jumlah mikroorganisme
·         Kelembapan dan aerasi
·         Temperatur
·         Keasaman (pH)
Dalam hal ini contoh dari produk pengomposan salah satunya pupuk bokashi. Meskipun Pupuk Bokashi dan kompos sama-sama menggunakan bahan organik sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik, Pupuk Bokashi diolah dengan menggunakan teknologi EM (effective microorganisms) yang lebih efektif dan ramah lingkungan. Dalam kandungan EM4 Sebagian besar mengandung  mikroorganisme  seperti bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), bakteri  asam laktat (Lactobacillus sp.), ragi,  Actinomycetes sp, dan jamur fermentasi.
Pupuk bokashi penguraiannya melalui fermentasi, maka bokashi lebih banyak mengandung senyawa organik, asam amino, protein, gula, alkohol dan mikroorganisme yang bermanfaat dibandingkan dengan kompos. Di samping itu proses penguraian bahan organik padapembuatan berlangsung lebih cepat, sehingga waktu pembuatannya lebih cepat (Anonim, 2004 dalam Mihrani,2008).

2.2.1 Penjelasan Pupuk Bokashi
            Pupuk organik yang dibuat dengan menambahkan Efektif Mikroorganisme (EM), maka pupuk organik tersebut dikenal dengan nama Pupuk Bokashi EM (Higa, 1994 dalam Ruslan,2009)
Bokashi adalah jenis pupuk organik merupakan bahan organik yang telah difermentasikan dengan EM4. Bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.Secara biologis dapat mengaktifkan mikroorganisme tanah yang berperan dalam transformasi unsur sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara tanaman (Edison, 2000, dalam Zahrah, 2011).
Pupuk Bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan tanah tetap tejaga dan ramah lingkungan. Pembuatan bokashi sangat perlu untuk diterapkan, karena merupakan teknologi baru yang tepat guna, dengan biaya murah serta mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian yang ada. Penambahan pupuk organik ke dalam tanah dengan kompos bokashi akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan mendorong pembiakan mikroorganisme tanah (Sinegar,2007 dalam Mas’ud, 2009)
Selain untuk pembuatan bokashi, EM4 dapat juga digunakan sebagai pestisida organic seperti EM5, super EM5, EMRAS dan pestisida alami dari ekstrak tanaman. EM5 digunakan sebagai pestisida untuk penanggulangan hama dan penyakit tahap awal. Sedangkan Super EM5 digunakan untuk menanggulangi hama dan penyakit pada tahap kronis (Sugihmoro, 1994).
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Semua bahan organik yang akan difermentasi oleh mikroorganisme fermentasi dalam kondisi semi anaerobik pada suhu 40-500 C
Prinsip pembuatan bokashi sama dengan kompos yang proses pembuatannya melalui fermentasi bahan organik dan EM. Proses fermentasi bokashi terjadi dengan cepat 3-14 hari, kemudian hasilnya dapat segera dimanfaatkan meskipun belum keseluruhan bahan dasar bokasi mengalami fermentasi, tetapi sudah dapat dipergunakan sebagai pupuk. Apabila bokashi dimasukkan ke dalam tanah, maka bahan organiknya dapat digunakan sebagai sumber energy mikroorganisme efektif untuk hidup dan berkembang biak dalam tanah dan sekaligus sebagai tambahan persediaan hara tanaman
Pupuk Bokashi, dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk bokashi tidak meningkatkan unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk anorganik masih diperlukan (Cahyani, 2003)
Pupuk bokashi, seperti pupuk kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang keras seperti tanah podzolik sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk density tanah (Susilawati, 2000, dan Cahyani, 2003).
Macam-macam pupuk bokashi saat ini antara lain yaitu:
·         Bokashi pupuk kandang
·          Bokashi pupuk kandang arang
·          Bokashi pupuk kandang tanah
·          Bokashi jerami
·          Bokashi cair
·          Bokashi eksores 24 jam
Ada dua cara untuk mempercepat terjadinya pelapukan bahan organik yaitu pengaturan kondisi iklim mikro seperti suhu dan kelembapan sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme pengurai seperti penambahan atau pemberian mikroorganisme pengurai sebagai starter atau aktivator. Salah satunya adalah dengan penambahan jamur Trichoderma sp.
            Jamur Trichoderma sp merupakan salah satu agen antagonis yang bersifat saprofit dan bersifat parasit terhadap jamur lain. Jamur ini termasuk Eukariota, Divisi Deuteromycota, Kelas deuteromycetes, Ordo Moniliales, Famili Moniliaceae, dan Genus Trichoderma. Umumnya hidup pada tanah yang lembab, asam dan peka terhadap cahaya secara langsung. Pertumbuhan Trichoderma sp. Yang optimum membutuhkan media dengan pH 4-5. Kemampuan jamur ini dalam menekan jamur patogen lebih berhasil pada tanah masam daripada tanah alkalis. Kelembaban yang dibutuhkan berkisar antara 80-90% atau 35°C-35°C.
Cara pengaplikasian yang baik dlaam pemberian tanaman dengan pupuk bokasi dengan cara yaitu:
·         Sistem sebar
Bokashi disebar di atas tanah secara merata dengan dosis 5-10 ton/Ha. Sistem ini dilakukan sebelum  dan sesudah pengolahan tanah. Sistem alur/larikan  :caranya bokashi disebar di sepanjang alur/barisan tanaman dengan dosis  5s/d 10 ton/ha. Sistem tugal ; bokasi diberikan pada lubag tanam yang akan ditanami dengan dosis 150 – 200 gr/tanam. Pemberian ini dilakukan pada tanaman sayuran atau sebagai pupuk susulan.
·         Cara melingkar
bokashi disebar secara melingkar di sekitar tanaman (untuk tanaman keras)  dengan cara dibuat alur melikar di bawah tajuk pohon, setelah bokashi di sebar kemudian tanah ditutup kembali. Untuk persemaian ;  media untuk  persamaian yaitu,  bokasi dicampur dengan pasir dengan perbandingan 2 :1, bisa juga ditambah dengan tanah secukupnya.
Cara penggunaan bokashi secara khusus yaitu dengan cara:
1.      Bokasi jerami dan pupuk kandang baik digunakan  untuk melanjutkan fermentasi dan pemupukan  pada lahan sawah.
2.      Bokashi pupuk kandang dan bokashi expres baik digunakan untuk tanaman sayuran, buah, terutama  untuk tanaman dalam pot.
Pembuatan bokashi dapat disesuaikan dengan ketersediaan bahan di masing-masing lahan. Bokashi yang teksturnya kasar, seperti bokashi jerami, sangat baik untuk tanah  cenderung liat dan berlumpur.

2.2.2 Penggunaan EM4 pada pupuk bokashi
Saat ini telah dikenal EM Bokashi yaitu bokashi dengan bahan organik yang difermentasikan dengan mikroorganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau gunung.  EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi adalah  suatu kultur campuran berbagai mikriorganisme EM4 sendiri mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.
Efek EM4 bagi tanaman tidak terjadi secara langsung. Hal ini yang terkadang tidak disadari oleh pengguna. Pengguna EM4 akan lebih efisien bila telah lebih dulu ditambahkan bahan organik yang berupa pupuk organik (bokashi) ke dalam tanah (Marsono, 2001).
Untuk karakteristik EM4 terdapat mikroorganisme yang ada saat ini dalam pupuk bokashi  yaitu :
·         EM4 dapat disimpan pada tempat yang teduh dalam wadah tertentu serta harus ditutup rapat untuk jangka waktu 12 bulan (dilarang disimpan di lemari es)
·         EM4 dapat bekerja secara efisien tanpa zat kimia
·         EM4 dapat diperoleh di kios-kios pertanian/ toko
·         EM4 jangan sekali-kali dicampur dengan bahan kimia lainnya dalam pengaplikasiannya.
Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokashi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman.
2. Memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah
3. Menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah
4. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman-menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik
5. Meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk
6. Meningkatkan ketersediaan unsur hara, serta menekan aktivitas hama dan mikroorganisme pathogen.
7. Meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman.
8. Mempercepat proses fermentasi pada pembuatan bokashi.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokashi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu singkat.