BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia,
meskipun tanaman karet sendiri baru di introduksi pada tahun 1864. Dalam kurun
waktu sekitar 150 tahun sejak di kembangkan pertama kalinya, luas arealperkebunan
karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dari total areal perkebunan
karet di Indonesia tersebut 84,5% diantaranya merupakan kebun milik rakyat 8,4%
milik swasta dan hanya 7,1% yang merupakan milik negara
Dengan areal perkebunan karet terluas didunia tersebut Indonesia bersama
dua Negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand,
sejak abad 1920-an sampai sekarang merupakan pemasokan karet utama dunia.
Puncak kejayaan karet Indonesia terjadi pada tahun 1926 sampai menjelang perang
dunia II ketika itu Indonesia merupakan pemasokan karet alam terkemuka dipasar
internasional.
Dari begitu besarnya fakta dan
potensi karet yang telah dijelaskan diatas diatas, sangatlah sayang jika kita
tidak memanfaatkan sumber daya karet tersebut. Dengan modal yang bisa dikatakan cukup besar maka bukan mustahil karet bisa menjadi
sumber pemasukan negara. Seiring dengan berjalannya waktu, belakangan ini industri karet dirasa cukup berkembang pesat. Melihat begitu besarnya
potensi yang dapat dilakukan terhadap industri tersebut, telah membuka mata para investor untuk ikut serta bergerak
di industri karet.
Karet yang merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi
sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian
lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal
terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa
kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan
mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih
terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya
produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan
tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang
menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet
rakyat dan pengembangan industri hilir.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh
rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih
positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara
dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan
karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat
yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang
memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang
tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet
sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan
investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber
maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan
meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya
pemanfaatan lebih lanjut.
1.2 Tujuan
1.
Memberikan wahana
aplikasi keilmuan bagi mahasiswa.
2.
Memberikan
pengalaman dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menganalisa intensifikasi
teknologi budidaya karet dan pengolahan hasil tanaman karet.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman
Karet
Karet
merupakan komodaitas pertanian yang erat hubungannya dengan kebutahan
sehari-hari manusia. Dapat kita lihat dan rasakan olahan karet yang yang
memberikan bayak manfaat, misalkan ban, sandal, peratan otomotif, mainan dan
lain-lain. Anwar
(2006) dalam Benny (2013), menjelaskan bahwa saat ini, karet telah meluas di
berbagai wilayah dunia termasuk telah dikembangkan di Asia Tenggara karena
faktor lingkungan yang memiliki syarat tumbuh yang memadai. Namun sebagai negara dengan luas
areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi
beberapa kendala, yaitu produktivitas, serta kualitas produk yang masih rendah
(Ekpete, 2011). Di Indonesia perkebunan besar karet baru dimulai di
Sumatera pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906. Sedangkan perkebunan
karet rakyat dimulai sekitar tahun 1904 -1910 (Hamidah, 2008).
Terdapat dua jenis karat yaitu karet sintesis dan
karet alami, karet sintetis adalah karet yang memerlukan minyak mentah dalam
proses pembentukannya sedangkan kerat alami diperoleh langsung dari tanaman
karet, kualiat karet terletak pada daya tangan terhadap panas, keretakan dan
elastisitany. Beberapa manfaat dalam pembangunan tanaman karet adalah : 1)
Pohon karet memberikan hasil sadapan harian selama 25 tahun tanpa berhenti, 2)
Selain menghasilkan elastomer yang sangat dibutuhkan dunia, pohon karet juga
menghasilkan kayu unggulan di akhir masa sadapan, 3) pohon karet memberikan
banyak manfaat pelestarian lingkungan seperti cadangan air dan konservasil.
Karet mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau
dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon
karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Awal mulanya
karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil
dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa
dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi
karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan
Malaysia.
Karet adalah polimer dari satuan isoprena (politerpena) yang tersusun dari
5000 hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Diduga kuat, tiga ikatan
pertama bersifat trans dan selanjutnya cis. Senyawa ini terkandung pada lateks
pohon penghasilnya. Pada suhu normal, karet tidak berbentuk (amorf). Pada suhu
rendah ia akan mengkristal. Penurunan suhu akan mengembalikan keadaan
mengembang ini. Inilah alasan mengapa karet bersifat elastic. klasifikasi tanaman karet (Hevea brasiliensis)
adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Brasiliensis
Nama
ilmiah : Hevea brasiliensis Muell Arg.
2.2 Klasifikasi Karet
Karet merupakan salah satu komoditas pertanian di
Indonesia. Komoditas ini di-budidayakan relatif lebih lama daripada komoditas
perkebunan lainnya. Tanaman ini di introduksi pada tahun 1864. Dalam kurun
waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal
perkebunan karet di Indonesia telah men-capai 3.262.291 hektar. Dari total area
perkebunan di Indonesia tersebut 84,5% milik perkebunan rakyat, 8,4% milik
swasta, dan hanya 7,1% merupakan milik negara (Nasaruddin dan Maulana, D, 2009).
Peningkatan kualitas karet harus dirasakan dampaknya oleh petani berupa nilai
tambah pendapatan dengan meningkatnya kualitas bahan olahan karet (bokar) yang
diproduksinya (Sania, dkk, 2013).
a. Jenis Karet Alam
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan
olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet
yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet
alam yang dikenal luas adalah :
·
Bahan olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang
diperoleh dari pohon karet hevea brasiliensis. Beberapa kalangan mengatakan
bahwa bahan olah karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan
bokar (bahan olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang
mengusahakan kebun karet.
b. Karet
alam konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional.
jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Sementara koagulum lapangan, yakni
lateks yang membeku secara alami selanjutnya hanya dapat diolah menjadi jenis
karet padat yakni antara lain jenis mutu SIR10, SIR 20 dan brown crepe yang
tergolong jenis karet mutu rendah (low grades) (Quan, et al, 2008). Jenis-jenis
karet alam yang tergolong konvensional adalah sebagai berikut :
1.
Ribbed smoked sheet (RSS) adalah jenis karet
berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.
2.
White crepe dan pale crepe adalah
jenis crepe yang berwarna putih atau muda dan ada yang tebal dan tipis.
3.
Estate brown crepe adalah jenis crepe yang
berwarna cokelat dan banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau
estate.
4.
Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat
dari bahan lump, scrap pohon, potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.
5.
Thin brown crepe remilis adalah
crepe coklat yang tipis karena digiling ulang.
6.
Thick blanket crepes ambers adalah
crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah,
sheet tanpa proses pengasapan dan lump serta scrap dari perkebunan atau kebun
rakyat yang baik mutunya.
7.
Flat bark crepe adalah karet tanah atau earth
rubber, yaitu crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum di
olah,termasuk scrap tanah yang berwarna hitam (Setiawan,2010).
8.
Pure smoked blanket crepe adalah
crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang khusus berasal dari RSS,
termasuk juga block sheet atau sheet bongkah, atau dari sisa pemotongan RSS.
Jenis karet lain atau bahan bukan karet tidak boleh digunakan.
9.
Off crepe adalah crepe yang tidak
tergolong bentuk beku atau standar. Biasanya tidak dibuat melelui proses
pembekuan langsung dari bahan lateks yang masih segar, melainkan dari
contoh-contoh sisa penentuan kadar karet kering, lembaran-lembaran RSS yang
tidak bagus penggilingannya sebelum diasapi, busa-busa dari lateks, bekas air
cucian yang banyak mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek.
·
Lateks Pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan
pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Prinsip pembuatan lateks
pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara partikel karet dan serum (Setyamidjaja,2000). Biasanya
lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan- bahan karet yang tipis dan
bermutu tinggi. Lateks mengandung beragam jenis protein
karena lateks adalah cairan sitiplasma, protein ini termasuk enzim-enzim yang
berperan dalam sintesis molekul karet. Sebagian protein hilang sewaktu
pemekatan lateks yaitu karena pengendapan yang terbuang dalam lateks skim.
Protein yang tersisa dalam lateks pekat kurang lebih adalah 1% terhadap berat
lateks dan terdistribusi pada permukaan karet (60%) dan sisanya sebesar 40%
terlarut dalam serum lateks pekat tersebut (Alhasan, et al. 2010).
Untuk membantu meningkatkan daya saing karet alam
terhadap karet sintesis adalah dengan meningkatkan produktivitas karet,
penurunan biaya produksi, peningkatan mutu dan penyajian promosi yang tepat,
serta memperbaiki sistem sadap (Okoma, et al, 2011). Karakterisasi
lateks pekat dilakukan untuk mengetahui kondisi lateks pekat, karena sebagai
bahan alam, komposisi hidrokarbon karet dan bahan-bahan lain dalam lateks pekat
selalu mengalami perubahan tergantung musim, cuaca, kondisi penyadapan, kondisi
tanah, dan tanaman. Lateks pekat yang dihasilkan dari pemusingan lateks kebun (Palupi,
dkk, 2008).
·
Karet bongkah (block rubber)
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang
menjadi bandela-bandela denga ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada
yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
·
Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat
khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada
sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan
golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku
pada jenis ini. Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut
berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku
pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi.(Goutara, dkk: 1985)
·
Tyre rubber
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai
barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk
pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
·
Karet
reklim (reclaimed rubber)
Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet
bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya boleh
dibilang karet reklim dalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah
divulkanisir. Biasanya karet reklim banyak dipakai sebagai bahan campuran sebab
bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya
juga baik.
2.3 Jenis Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak
bumi. Biasanya karet sintetis dibuat akan memiliki sifat tersendiri yang khas.
Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh udara
bahkan ada yang kedap gas. Jenis karet sintetis diantaranya adalah:
1.
SBR (styrene butadiene rubber)
Jenis
SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan digunakan. Jenis
ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang ditimbulkan
juga rendah. Namun SBR yang tidak diberi tambahan bahan penguat memiliki
kekuatan yang lebih rendah dibandingkan vulkanisir karet alam.
2.
BR (butadiene rubber)
Dibanding
dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah. Daya lekat lebih rendah, dan
pengolahannya juga tergolong sulit. Karet jenis ini jarang digunakan
tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet alam
atau SBR.
3.
IR (isoprene rubber) atau polyisoprene
rubber
Jenis
karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan polimer isoprene.
Dapat dikatakan bahwa sifat IR yang mirip sekali dengan karet alam, walaupun
tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain dibanding karet alam
yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih mantap.
4.
IIR (isobutene isoprene rubber)
IIR
sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga
membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga terkenal karena
kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat matang sehingga
memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat jeleknya IIR tidak baik
dicampur dengan karet alam atau karet sintetis lainnya bila akan diolah menjadi
suatu barang. IIR yang divulkanisir dengan damar fenolik menjadikan bahan tahan
terhadap suhu tinggi serta proses pelapukan/penuaan.
5.
NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile
buatadiene rubber
NBR
adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak dibutuhkan.
Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sifat ini disebabkan
oleh adanya kandungan akrilonitril didalamnya. Semakin besar kandungan
akrilonitril yang dimiliki maka daya tahan terhadap minyak, lemak dan bensin
semakin tinggi tetapi elastisitasnya semakin berkurang. Kelemahan NBR adalah
sulit untuk diplastisasi. Cara mengatasinya dengan memilih NBR yang memiliki viskositas
awal yang sesuai dengan keinginan. NBR memerlukan pula penambahan bahan penguat
serta bahan pelunak senyawa ester.
6.
CR (chloroprene rubber)
CR
memiliki ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan NBR ketahanannya
masih kalah. CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di
udara, bahkan juga terhadap panas atau nyala api. Pembuatan karet sintetis CR
tidak divulkanisasi dengan belerang melainkan menggunakan magnesium oksida,
seng oksida dan bahan pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunak ditambahkan ke
dalam CR untuk proses pengolahan yang baik.
7.
EPR (ethylene propylene rubber)
Ethylene
propylene rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya menggunakan monomer
etilen dan propilen pada proses polimerisasinya melainkan juga monomer ketiga
atau EPDM. Pada proses vulkanisasinya dapat ditambahkan belerang. Adapun bahan
pengisi dan bahan pelunak yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadap
daya tahan. Keunggulan yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar
matahari, ozon serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada
daya lekat yang rendah.
2.4 Proses Industri Karet dan Lateks
Tahap-tahapan pengolahan Crumb Rubber sehingga dapat digunakan yaitu meliputi
sebagai berikut :
·
Peremahan
Komponen yang telah mengalami penuntasan selama 10-15 hari diremahkan dalam
granulator. Peremahan bertujuan untuk mendapatkan remahan yang siap untuk
dikeringkan. Sifat yang dihasilkan oleh peremahan adalah mudah dikeringkan
sehingga dicapai kapasitas produksi yang lebih tinggi dan kematangan remah yang
sempurna.
·
Pengeringan
Komponen yang terlah mengalami peremahan selanjutnya dikeringkan dalam
dryer selama 3 jam. Pemasukan kotak pengering kedalam dryer 12 menit sekali,
suhu pengering 122oC untuk bahan baku kompo dan 110oC
untuk proses WF. Suhu produk yang keluar dari dryer dibawah 40oC.
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai batas aman simpan baik
dari serangan serangga maupun mikrobiologis, enzimatis dan hidrolis. Dalam
pengeringan faktor yang dapat memepengaruhi hasil adalah lamanya penuntasan,
ketinggian remahan, suhu dan lama pengeringan.
·
Pengepresan
Pengepresan merupakan pembentukan bandela-bandela dari remah karet kering.
Bahan yang keluar dari pengering kemudian ditimbang seberat 35kg/bandela yang akan
dikemas dalam kemasan SW dan 33,5kg/bandela untuk kemasan. Setelah itu produk
dipress dengan menggunakan mesin press bandela. Ukuran hasil pengepresan 60 x
30 x 17 cm.
·
Pembungkusan dan Pengepakan
Pembungkusan dimaksudkan untuk menghindari penyerapan uap air dari
lingkungan serta bebas kontaminan lain. Setelah produk dipress, kemudian
disimpan diatas meja alumunium untuk penyortiran dengan menggunakan pengutip.
Setelah itu produk dibungkus dengan plastik transparan tebal 0,03 mm dan titik
leleh 108oC. Bandela yang telah dibungkus, kemudian dimasukkan dalam
peti kemas dengan susunan saling mengunci.
2 komentar:
Ebobet merupakan situs slot online via deposit pulsa aman dan terpercaya, Dengan menggunakan Satu User ID bisa bermain semua game dari Bola, Live Casino, Slot online, tembak ikan, poker, domino dan masih banyak yang lain.
Sangat banyak bonus yang tersedia di ebobet di antaranya :
Bonus yang tersedia saat ini
Bonus new member Sportbook 100%
Bonus new member Slot 100%
Bonus new member Slot 50%
Bonus new member ALL Game 20%
Bonus Setiap hari 10%
Bonus Setiap kali 3%
Bonus mingguan Cashback 5%-10%
Bonus Mingguan Rollingan Live Casino 1%
Bonus bulanan sampai Ratusan Juta
Bonus Referral
Minimal deposit hanya 10ribu
EBOBET juga menyediakan berbagai layanan transaksi deposit dan withdraw Bank Lokal terlengkap Indonesia seperti Bank BCA - Bank BNI46 - Bank BRI - Bank Mandiri - Bank Danamon - Bank Cimb Niaga, OVO, Deposit via Ovo. Deposit via Dana, Deposit via Go Pay, Telkomsel dan XL.
Situs :EBOBET
WA : +855967598801
Posting Komentar