BAB.1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi tanaman
perkebunan yang sangat cerah di negara Indonesia dibandingkan yang lainnya karena
keunggulan yang banyak di dalam melakukan budidaya. Tanaman kelapa sawit, baik
berupa bahan mentah maupun hasil
olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas
terbesar bagi Indonesia setelah karet dan kopi.Sehingga produksi kelapa sawit
yang ada di Indonesia sangat berperan dalam devisa negara. Negara Indonesia
akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia kedepannya jika budidaya
kelapa sawit terus berkembang. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit yang
ada di Indonesia saat ini maka dilakukan kegiatan antara lain perluasan areal
pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi tanaman kelapa
sawit.
Minyak
yang dihasilkan dari kelapa sawit merupakan sumber karotenoid alami yang paling
besar. Kadar karotenoid dalam minyak kelapa sawit yang belum dimurnikan
berkisar 500-700 ppm dan lebih dari 80%-nya adalah α dan β karoten. Dilihat
dari kadar aktivitas provitamin A, kadar
karotenoid minyak sawit mempunyai aktivitas
10 kali lebih besar dibanding buah wortel dan 300 kali lebih besar
dibanding buah tomat.
Untuk
meningkatkan produksi kelapa sawit harus mengetahui pelaku usaha taninya. Pelaku
usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar
swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit
rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta
dan perkebunan negara (inti – plasma).
Khusus untuk budidaya
kelapa sawit oleh rakyat permasalahan umum yang dihadapi antara lain yaitu
rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun sawit rakyat
rata-rata 16 ton untuk tandan Buah Segar
(TBS) per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit
bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil)
perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton
minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di perkebunan negara rata-rata
menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton PKO per hektar, dan
perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan 0,57 ton
PKO per hektar.
Salah
satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan kelapa sawit yang dikelola
oleh rakyat yaitu karena teknologi produksi yang diterapkan masih relatif
sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan panennya. Sehingga hasil yang
didapat petani relatif sedikit. Dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat
pada tanaman kelapa sawit, akan berpotensi untuk peningkatan produksi kelapa
sawit baik yang dikelola oleh rakyat ataupun negara.
1.2 Tujuan
Pada acara Praktikum
Teknologi Produksi Tanaman Pangan dan Perkebunan mengenai pembuatan piringan
dan pemupukan tanaman kelapa sawit terdapat beberapa tujuan yang ingim dicapai
antara lain :
1. Untuk
memahami dan menerapkan prinsip teknik pembuatan piringan kelapa sawit.
2. Untuk
memberikan keterampilan bagi mahasiswa dalam pembuatan piringan kelapa sawit.
BAB.2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penjelasan dan Budidaya Kelapa
Sawit
Kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
merupakan tanaman perkebunan yang berperan penting dalam peningkatan devisa
negara selain komoditi kopi karet dan lainnya. Pada tanaman kelapa aswit juga
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan perekonomian di Indonesia. Hasil olahan
kelapa sawit menjadi berbagai produk seperti minyak, mentega dan lainnya
menempatkan kelapa sawit pada urutan teratas sektor perkebunan yang terpenting.
Perkebunan kelapa sawit saat ini sangat berkembang pesat, sehingga kebutuhan
akan bibit kelapa sawit sebagai bahan tanam semakin meningkat (Sembiring,2013).
Tanaman
kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian
vegetatif terdiri dari akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif adalah
bunga dan buah.
Tanaman
kelapa sawit dibedakan menjadi 2 fase dalam budidaya. Fase tanaman belum
menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Tanaman belum menghasilkan
untuk komoditi kelapa sawit adalah tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan
produksi secara maksimal. Tanaman TBM ini dibagi menjadi 3, yaitu (1) TBM 1
yaitu tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan), (2) TBM 2 yaitu tanaman pada tahun
ke II (13024 bulan), dan (3) TBM 3 yaitu tanaman pada tahun ke III (25-30 atau
36 bulan). Masa TBM merupakan masa pemeliharaan yang banyak memerlukan
tenaga dan biaya karena pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari pembukaan
lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat menentukan keberhasilan
masa TM. Pemeliharaan TBM kelapa sawit sejak ditanam hingga berproduksi pertama
kali meliputi:
1.
Konsolidasi tanaman,
2.
Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit, dan
lain-lain,
3.
Penyulaman,
4.
Pengendalian gulma
5.
Pemupukan,
6.
Pemeliharaan tanaman tanaman penutup tanah,
7.
Kastrasi/ablasi,
8.
Penyerbukan (polinasi),
9.
Pengendalian hama dan penyakit.
Dalam kegiatan pengendalian gulma
pada lahan kelapa sawit dapat dilakukan secara manual dan atau kimia sesuai
keadaan di lahan, namun di areal kelapa sawit biasanya pengendalian dilakukan
secara kimia. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kompetisi antara gulma
dengan tanaman pokok, yaitu kelapa sawit. Dalam hal ini dapat dilakukan
piringan teknis dalam budidya pengendalian gulma pada komoditi kelapa sawit. Untuk
meningkatkan produksi dari kelapa sawit dengan pemupukan dalam proses budidaya.
2.2 Pengertian Piringan
Pengendalian gulma umumnya proses
budidya tanaman kelapa sawit adalah pengendalian gulma campuran pada piringan
dan pasar pikul pada kelapa sawit (Barus,2003). Pengertian piringan adalah
pekerjaan membasmi dan membersih rumput (gulma) yang tumbuh di piringan pokok
termasuk tunggul dan kayu (Risza,2010). Piringan dilakukan di sekitar lahan
tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk agar
efisien diserap tanaman. Selain itu, piringan juga merupakan daerah jatuhnya
buah kelapa sawit. Karena itu, kondisi piringan senantiasa bersih dari gangguan
gulma. Piringan
merupakan daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit yang berbentuk
lingkaran dengan diameter ± 4 m.. Pemeliharaan
piringan juga bertujuan antara lain untuk:
·
Mengurangi kompetisi gulma terhadap
tanaman dalam penyerapan unsur hara, air,dan sinar matahari.
·
Mempermudah pekerja untuk melakukan
pemupukan dan kontrol di lapangan bagi tanaman yang ditanam.
Sekali pun kelapa sawit
termasuk tanaman keras. Pohon sawit tetap memerlukan perawatan dan pemupukan.
Perawatan di sini adalah teknik piringan pada tanaman kelapa sawit agar buah
dalam tandan tidak terganggu hama. Sehingga dengan dilakukan pembuatan piringan
maka pemberian pupuk akan maksimal diserap bagi tanaman.
2.3 Teknis Piringan Kelapa Sawit
Dalam teknik pemeliharaan piringan baik secara
manual yaitu tenaga manusia dengan menggunakan cangkul. Pemeliharaan piringan
secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida, itu merupakan tekik
yang sangat cepat tetapi mengandung banyak resiko. Dalam
pembuatan piringan biasanya dilakukan secara manual terlebih dahulu setelah itu
dilakukan secara chemis. Dengan manual biasanya untuk membentuk piringan pada
pokok sesuai dengan diameter yang di tentukan,dengan membabat gulma yang tumbuh
di sekitar piringan.
Setelah piringan pada setiap pokok
sudah mulai terbentuk kemudian dilakukan secara chemis dengan menyemprot gulma
yang tumbuh dengan larutan herbisida. Manfaat piringan ini selain untuk
membebaskan persaingan dengan dengan tumbuhan lain dalam menyerap hara juga
untuk memudahkan pemupukan (Risza, 1994). Lebar piringan menurut umur kelapa sawit
yaitu :
·
Tanaman umur 2-6 bulan lebar piringan jari jari 60 cm,
·
Tanaman umur 6-12 bulan lebar piringan jari jari 75
cm,
·
Tanaman umur 12-24 bulan lebar piringan jari jari 100
cm,
·
Tanaman umur 24-36 bulan lebar piringan jari jari
100-125 cm,
·
Tanaman umur lebih dari 24 bulan lebar piringan jari
jari 200 cm.
2.4 Pengertian Pemupukan
Biaya
pupuk dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara intensif sekitar 50-70%
dari biaya pemeliharaan dan 25% dari seluruh biaya produksi (Kasno,2011). Pengertian
pupuk adalah
semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki
sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain jumlah pupuk
majemuk yang diperlukan banyak juga sulit diperoleh dan mahal. Penggunaan pupuk
anorganik terus-menerus juga dapat merusak lingkungan (Gusniawati,2012). Bahan yang
diberikan ini dapat bermacam-macam, misalnya berupa pupuk kandang, pupuk hijau,
kompos, dan pupuk buatan pabrik. Rencana pemupukan kelapa sawit (TBM)
meliputi:
·
Blok tanaman yang akan dipupuk
·
Jumlah kebutuhan pupuk per blok
·
Permintaan kendaraan
·
Tempat pengeceran pupuk
· Jenis dan
jumlah peralatan pemupukan
Peranan
air pada tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara)
dari dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source)
ke limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran
sel dan membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta
pengatur suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman
maka akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke
daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada produksi yang dihasilkan
(Maryani,2012).
2.5 Teknis Pemupukan Kelapa sawit
Pemupukan
dapat mendukung produktivitas tanaman kelapa sawit, mengingat kelapa sawit
tergolong tanaman yang konsumtif terhadap unsur hara. Pemupukan pada kelapa
sawit pada lahan petani, harus mempertimbangkan banyak faktor, diantaranya :
jumlah hara yang diserap tanaman, hara yang dikembalikan, hara yang hilang dari
zona perakaran, dan hara yang terangkut panen, serta kemampuan tanah
menyediakan hara (Arsyad,2012). Kebanyakan tanaman yang
menderit kekurangan unsur hara yaitu gizi menunjukkan berbagai gejala, beberapa
pertumbuhan mempengaruhi serius, tetapi itu jarang bahwa kekurangan gizi membunuh tanaman (Luz,2008).
Pada
tanaman muda akar serabut kelapa sawit berada di dalam piringan .Pada tanaman
tua dimana kanopi tanaman sudah saling bersentuhan dan tumpukan pelepah sudah
banyak,akar serabut kelapa banyak terdapat ditumpukan pelepah
(Lumbangaol,2008). Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk dalam piringan yang dibuat
melingkar di sekitar tanaman (Satrosayono,2007).
A.
Metoda Pemupukan
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam memupuk tanaman kelapa sawit pada pirirngan sebagai
berikut:
·
Bersihkan terlebih dahulu piringan dari
rumput, alang-alang dan kotoran lain. Pada areal datar semua pupuk ditabur
merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggir piringan
·
Pada areal yang berteras, pupuk disebar
pada piringan kurang lebih 2/3 dari dosis di bagian dalam teras dekat dinding
bukit, sisanya (1/3 bagian) diberikan pada bagian luar teras.
B.
Waktu Pemupukan
Adapun
waktu yang terbaik untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim penghujan,
yaitu pada saat keadaan tanah berada dalam kondisi sangat lembab, tetapi tidak sampai
tergenang air. Dengan demikian, pupuk yang diberikan di masing-masing tanaman
dapat segera larut dalam air, sehingga lebih cepat diserap oleh akar tanaman.
C.
Frekuensi Pemupukan
Pemupukan
yang baik dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan
umur kondisi tanaman. Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan
dengan frekuensi yang lebih banyak. Frekuensi pemupukan yang tinggi mungkin
baik bagi tanaman, namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya.
d.
Jenis dan Dosis Pupuk
Jenis
pupuk untuk kelapa sawit dapat berupa pupuk tunggal, pupuk campuran, pupuk
majemuk, dan pupuk organik. Pemilihan jenis pupuk, disarankan agar hati-hati
karena banyak beredar di pasaran berbagai bentuk dan komposisi hara. Berbagai
jenis pupuk diuraikan sebagai berikut.
·
Pupuk Tunggal
Pupuk
tunggal merupakan pupuk yang mengandung satu jenis hara utama. Pupuk tunggal
yang dipergunakan perkebunan kelapa sawit dalam memenuhi kebutuhan hara makro bagi
tanaman kelapa sawit.
·
Pupuk Campuran
Untuk memenuhi kebutuhan hara
secara khusus dan mengurangi biaya aplikasi, beberapa pupuk tunggal dapat
dicampur menjadi pupuk campuran. Mereka mendalilkan bahwa nitrogen
tanah dan ketersediaan air mungkin menjadi penyebab utama untuk variasi dalam
hasil.
·
Pupuk Majemuk
Pupuk
majemuk merupakan pupuk yang mengandung beberapa unsur hara yang dikombinasikan
dalam satu formulasi Keuntungan penggunaan pupuk majemuk adalah semua unsur
hara utama diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan. Nitrogen tanah dan
ketersediaan mungkin terjadi penyebab utama untuk variasi dalam hasil
(Anuar,2008).
·
Pupuk Organik
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi
peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,mengurangi
pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
Selain itu pupuk organik cair juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan
pupuk yang diberikan dapat langsung digunakan oleh tanaman(Gusniwati,2012). Pemberian
bahan organik sebagai pupuk memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi
pertumbuhan tanaman, karena kemampuannya memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah (Arsyad.2012). Pemberian pupuk organik kascing merupakan satu upaya yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah
(Sembiring,2013).
Dengan kelangkaan dan meningkatnya biaya dari pupuk anorganik, pemupukan
perkebunan kelapa sawit telah menjadi sangat mahal. Ini mengharuskan
kebutuhan untuk melihat ke dalam untuk layak sumber-sumber alternatif sebagai
pupuk untuk pemupukan kelapa sawit (Imoge, 2011). Oleh karena itu,
penyiaran pupuk pada tumpukan daun sepanjang baris alternatif memastikan
peningkatan penyerapan pupuk karena akar lebih mampu menyerapnya (Ishola,2011).
DAFTAR PUSTAKA
Anuar, A. R. et all. 2008.
Spatial-Temporal Yield Trend of Oil
Palm as Influenced by Nitrogen Fertilizer Management. American Journal of Applied Sciences 5
(10): 1376-1383.
Arsyad, Ar. dkk. 2012. Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Potensi
Produksi Untuk Meningkatkan Hasil Tandan Buah Segar (Tbs) Pada Lahan Marginal
Kumpeh. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 14 (1): 29-36.
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan Efisiensi Aplikasi Herbisida.
Yogyakarta: Kanisius.
Gusniawati, dkk. 2012. Kelapa Sawit (Elais Guineensis Jaqc. )
di Pembibitan Utama dengan Perbedaan Kombinasi Pupuk Cair Nutrifarm dan Npkmg. Agroteknologi 1 (1): 46-55.
Imoge, A. E. et all. 2011. Evaluation of some locally sourced phosphate rocks for oil palm
production. Journal of Soil Science and Environmental Management. 2 (6):
153-158.
Ishola, T. A., et all.2011. A new
concept of Variable Rate Technology fertilizer applicator for oil palm. International journal of Agronomy and Plant
Production 2 (5): 181-186.
Kusno, A., dan Nurjaya. 2011. Pengaruh Pupuk Kiserit Terhadap Pertumbuhan
Kelapa Sawit dan Produktivitas Tanah. Littri 17(4) : 133-139.
Lumbangaol, P. 2008. Rekomendasi Pupuk Kelapa Sawit.Sumatra:
Rekomendasi kelapa sawit.
Luz, P. B., et all. 2008. Effect of Foliar and Substrate Fertilization
on Lady Palm Seedling Growth and Development. Journal of Plant
Nutrition (31): 1311–1318.
Maryani, At. 2012.
Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama. Agroteknologi 1 (2): 64-75.
Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan
Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas.
Yogyakarta: Kanisius.
Sembiring, E. L. 2013. Pengaruh Penggunaan Pupuk Kascing Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Dari Berbagai
Sumber Asal Bibit Di Pembibitan Utama. Agroteknologi 1 (1) : 1-13.
2 komentar:
keren ijin share yah kak
sindo tinju
Posting Komentar