BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Sawi
(Brassica juncea L.) merupakan jenis
tanaman sayuran daun yang memiliki nilai ekonomis tinggi setelah kubis dan
brokoli. Selain itu, tanaman sawi juga mengandung mineral, vitamin, protein dan
kalori. Sawim dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah yaitu 3-1.200 m dpl,
namun tinggi tempat yang optimal adalah 100-500 m dpl. Sawi banyak
dibudidayakan para petani di dataran rendah karena akan sedikit lebih
menguntungkan (Haryanto dkk, 2008). Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis
tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung
berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah- tanah yang mengandung liat perlu
pengolahan lahan secara sempurna antara lain pengolahan tanah yang cukup (Suhardi, 1990). Tanah yang cocok untuk ditanami saei adalah
tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik (humus), tidak
menggenang (becek), tata aerasi dalam tanah berjalan dengan baik. Derajat
kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6
sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2006).
Pada
budidaya tanaman, khususnya sawi, baik pembibitan maupun penanaman dilahan
media tanam merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan. Media
Tumbuh di lahan atau tanah adalah tempat tumbuh tumbuhan di atas permukaan
bumi. Di dalam tanah terdapat air, udara dan berbagai hara tumbuhan untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang beada dalam tanah sangat
pentig untuk proses kimia, biologi dan fisika tanah. Sebagain air tanah
terdapat dalam bentuk lapisan tipis yang dinamakan air kapiler. Air kapiler
membentuk larutan tanah yang berfungsi seba-gai sumber unsur hata tumbuhan.
Udara dalam tanah beasal dari udara atmosfir yang mengandung sekitar 21%
Okigen, 78% nitrogen, dan 1% CO2 beserta gas lainnya. Semua gas tersebar dalam
poripori tanah atau terlarut dalam tanah. Akar dan organisme tanah memerlukan
oksigen untuk proses pernafasan (respirasi). Oksigen dalam tanah digunakan oleh
se-mua mahluk hidup dalam tanah, baik organisme maupun mikroor-ganisme,
sehingga konsentrasi oksigen dalam tanah akan lebih rendah dibandingakan dengan
oksigen di atas permukaan tanah (atmosfir). Di dalam tanah terdapat nitrogen,
fosfor, belerang, kalium, kalsium dan magnesium dalam jumlah yang relative
banyak (unsur hara makro) dan terdapat sedikit besi, mangan, boron, seng dan
tembaga (unsur hara mikro). Beberapa tumbuhan membutuhkan beberapa unsur lain
seperti natrium, molibdenum, klor, flour, iod, silikon, strontium. Hara
esensial (penting) sebagian besar terdapat dalam tanah. Nitogen merupakan unsur
hra yang sangt penting bagi tumbuhan. Nitrogen merupakan ba-han baku untuk
penyusunan protein dan asam amino tumbuhan. Nitoden diserap oleh tumbuhan dalam
bentuk nitrat dan amonium. Fosfor dibentuk pada tanah mineral dan berbagai
senyawa organik. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk ion fospat. Belerang
ditemukan dalam tanah mineral. Belerang diserap oleh tumbuhan dalam bentuk
sulfat. Kalium, kalsium dan magnesium merupakan logam. Pada saat ketiga logam
tersebut di atas bereksi dengan air maka akan dibebaskan ion-ion kalium,
kalsium dan magnesium (Nurwandani, 2008).
Media
tumbuh tanaman merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
untuk mendapatakan hasil optimal. Media tumbuh yang baik diantaranya memilikinsifat
fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menahan air lama karena kondisi
fisik tanah sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan tanaman mulai dari
bibit hingga dewasa (Fatimah dkk, 2008).
Sifat
biologis tanah yang baik untuk pertumbuhan sawi adalah tanah yang banyak
mengandung bahan organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna
untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah terdapat jasad renik tanah atau
organisme tanah pengurai bahan organik sehingga dengan demikian sifat biologis
tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).
Untuk
memperoleh media yang baik salah satu upayanya adalah melalui pemupukan. Pupuk
adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan ke tanaman
dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan tanaman. Terdapat tiga aspek
penting yang menentukan efisiensi dan efektivitas pemupukan yaitu dosis pupuk,
waktu dan teknik aplikasi dan jenis pupuk. Pupuk selain dapat diberikan melalui
tanah juga dapat diberikan melalui daun tanaman. Proses penyerapan hara yang
diberikan lewat daun lebih cepat jika dibandingkan dengan pemupukan melalui
tanah. Hilangnya pupuk karena tercuci, penguapan dan terfiksasi akan lebih
kecil, karena pupuk dapat langsung diserap tanaman. (Sutejo, 1995). Selain itu,
Sujatmika (1988) mengatakan bahwa keuntungan pemakaian pupuk daun adalah
tanaman lebih cepat mengeluarkan tunas serta tanaman tidak mudah rusak dan
pemupukan melalui daun pada musim kering lebih efisien, karena pupuk yang
diberikan melalui daun sudah dalam keadaan siap diabsorpsi, sehingga langsung
diserap oleh daun tanaman. Selain itu, pemupukan lewat daun tidak dipengaruhi
oleh kondisi pH dan air tanah. Satu hal lagi yang menjadi keuntungan pupuk daun
ialah adanya unsur-unsur mikro pada pupuk daun ( Nusifera, 2001).
Salah
satu pupuk yang dianjurkan adalah pupuk organik. Penggunaan pupuk organic dapat
mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia. Baha organic
merupakan alternative untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan
efisiensi dari penggunaan pupuk kimia. Penggunaan bahan organic dapat membantu
kehidupan mikroorganisme tanah. Pengomposan atau pemberian bahan organic pada
media tanam sawi bertujuan untuk memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi
pada tanah (Setiawan, 2009).
Nilai pertanian dari suatu pupuk tidak
menentu, karena bahan ini mudah berubah. Oleh karenanya macam dan jumlah pupuk
yang diberikan harus dapat mengikuti berbagai macam perubahan karena, Tanah dan
pupuk terjadi reaksi kimia dan biologis yang mempengaruhi mutu pupuk, serta
iklim yang dapat mempengaruhi tanah, tanaman dan pupuk. Perlu diperhatikan.
Bila ada kelebihan
atau
kekurangan air, efisien penuh dari pemupukan sukar diharapkan. Sebetulnya,
setiap faktor yang dapat membatasi pertumbuhan tanaman akan menurunkan
efensiansi pemupukan, dan akibatnya respons dari tanaman terhadap pemupukan
juga
tergangu. Jika faktor-faktor lain tidak merupakan pembatas, maka jumlah pupuk
dapat ditentukan dengan tingkat kepastian tertentu. Meskipun keadaannnya sangat
kompleks, petunjuk-petunjuk tertentu dapat diikuti dalam menentukan macam atau
jumlah pupuk yang harus di berikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Macam
tanaman yang akan diusahakan: nilai ekonomi tanaman, kemampuan tanaman menyerap
hara
2. Keadaan
kimia tanahsehubungan dengan jumlah hara tersedia
3. Keadaan
fisik tanah sehubungan dengan kadar air dan aerasi media (Hanum, 2008)
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Tabel 1. Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam (Pasir Kasar/Pasir
Halus/Debu/Lempung)
Kelompok
|
Perlakuan
|
Sifat Fisik Media
Tanam
|
|||
Sebelum
pencampuran
|
Setelah
pencampuran
|
Setelah ada
tanaman
|
Saat panen
|
||
1
|
U1P0
U2P0
U3P0
U1P1
U2P1
U3P1
|
Pasir halus
Pasir halus
Pasir halus
Pasir halus
Pasir halus
Pasir halus
|
Pasir halus
Pasir halus
Pasir kasar
Pasir halus
Pasir halus
Pasir kasar
|
Lempung
Pasir halus
pasir
kasar
lempung
pasir
halus
pasir
kasar
|
Lempung
Pasir halus
pasir
kasar
lempung
pasir
halus
pasir
kasar
|
Tabel 2. Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam Sebelum Pencampuarn
Sifat Fisik
|
Perlakuan
|
|||||
U1P0
|
U2P0
|
U3P0
|
U1P1
|
U2P1
|
U3P1
|
|
WHC
Kapilaritas
Perkolasi
Kapasitas absorbsi
Plastisitas
Temperatur
Aerasi
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sedang
Agak hangat
Agak baik
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sedang
Agak hangat
Agak baik
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sedang
Agak hangat
Agak baik
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sedang
Agak hangat
Agak baik
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sedang
Agak hangat
Agak baik
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sedang
Agak hangat
Agak baik
|
Tabel 3. Tabel Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam Setelah Pencampuran
Sifat Fisik
|
Perlakuan
|
|||||
U1P0
|
U2P0
|
U3P0
|
U1P1
|
U2P1
|
U3P1
|
|
WHC
Kapilaritas
Perkolasi
Kapasitas absorbsi
Plastisitas
Temperatur
Aerasi
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangat
Agak baik
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangat
Agak baik
|
Sangat rendah
Sangat cepat
Sangat cepat
Sangat rendah
Tidak ada
Hangat
Sangat
baik
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangat
Agak baik
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangat
Agak baik
|
Sangat rendah
Sangat cepat
Sangat cepat
Sangat rendah
Tidak ada
Hangat
Sangat baik
|
Tabel 4. Tabel Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam Setelah Ada Tanaman
Pencampuran
Sifat Fisik
|
Perlakuan
|
|||||
U1P0
|
U2P0
|
U3P0
|
U1P1
|
U2P1
|
U3P1
|
|
WHC
Kapilaritas
Perkolasi
Kapasitas absorbsi
Plastisitas
Temperatur
Aerasi
|
Sangat tinggi
Sangat besar
Sangat pelan
sangat
Tinggi
Tinggi
Sangat dingin
Sangat miskin
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangat
Agak baik
|
Sangat rendah
Sangat cepat
Sangat cepat
Sangat rendah
Tidak ada
Hangat
Sangat
baik
|
Sangat tinggi
Sangat besar
Sangat pelan
sangat
Tinggi
Tinggi
Sangat dingin
Sangat miskin
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangat
Agak baik
|
Sangat rendah
Sangat cepat
Sangat cepat
Sangat rendah
Tidak ada
Hangat
Sangat baik
|
Tabel 5. Tabel Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam Saat Panen Tanaman
Sifat Fisik
|
Perlakuan
|
|||||
U1P0
|
U2P0
|
U3P0
|
U1P1
|
U2P1
|
U3P1
|
|
WHC
Kapilaritas
Perkolasi
Kapasitas absorbsi
Plastisitas
Temperatur
Aerasi
|
Sangat tinggi
Sangat besar
Sangat pelan
sangat
Tinggi
Tinggi
Sangat dingin
Sangat miskin
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangat
Agak baik
|
Sangat rendah
Sangat cepat
Sangat cepat
Sangat rendah
Tidak ada
Hangat
Sangat
baik
|
Sangat tinggi
Sangat besar
Sangat pelan
sangat
Tinggi
Tinggi
Sangat dingin
Sangat miskin
|
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangat
Agak baik
|
Sangat rendah
Sangat cepat
Sangat cepat
Sangat rendah
Tidak ada
Hangat
Sangat baik
|
Tabel 6. Pengamatan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
Kelompok
|
Perlakuan
|
Jumlah Daun (helai)
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
||||||||
Minggu Ke-
|
Minggu Ke-
|
||||||||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
U1P0
U2P0
U3P0
U1P1
U2P1
U3P1
|
5
5
5
5
5
5
|
6
5
5
5
6
6
|
5
5
6
4
6
5
|
6
8
7
5
11
9
|
6
8
8
6
13
10
|
5
5
5
5
5
5
|
9
9,5
11
7,5
8
10
|
13
12
12
10
12
12
|
15,8
15,5
16
10,5
21,2
15
|
17
16,5
18
12
21,5
16
|
Tabel Pengamatan pertumbuhan tanaman sawi
Kelompok
|
Perlakuan
|
Rata - Rata
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah Daun (helai)
|
||
1
|
U1P0
|
11, 96
|
6
|
U2P0
|
11,7
|
6
|
|
U3P0
|
12,4
|
6
|
|
U1P1
|
9
|
5
|
|
U2P1
|
13,54
|
8
|
|
U3P1
|
11,6
|
7
|
F.
Grafik Pertumbuhan Tanaman sawi
3.2
Pembahasan
Media tanam adalah
salah satu faktor yang dapat menentukan
baik buruknya pertumbuhan bibit, oleh karena itu penting untuk diketahui jenis
media tanam yang tepat dan sesuai untuk pertumbuhan bibit. Media tanam berfungsi
sebagai tempat akar melekat, mempertahankan kelembaban dan sebagai sumber
makanan. Media yang baik dapat menyimpan air untuk kemudian dapat dilepaskan
sedikit demi sedikit dan dimanfaatkan oleh tanaman.
Perlakuan
media tanam dapat memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cladophyl, tunas baru,
jumlah cabang, diameter batang,bobot basah akar, bobot basah tajuk, dan bobot
kering tajuk. Agar
pertumbuhan bibit dapat baik, media tanam diharapkan mempunyai sifat-sifat
sebagai:
• Media
hendaknya gembur agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan akar dapat leluas
menembus.
• Kelembaban
media harus cukup dan ini dapat diatasi dengan penyiraman, karena air sangat
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
• Media
hendaknya bersifat sarang sehingga oksigen dapat masuk untuk memenuhi kebutuhan
tanaman.
• Media
hendaknya bebas dari gulma, nematoda dan berbagai penyakit.
• Sebaiknya
kadar salinitas rendah.
• Media
hendaknya mengandung hara yang diperlukan bagi tanaman.
Sebelum
melakukan penanaman, maka ada beberapa cara penting dalam memilih media tanam,
yaitu :
a. Mengenal jenis dan sifat
Ada
banyak jenis media tanam yang bisa dibeli. Tiap jenis memiliki bentuk, ukuran
dan sifat yang berlainan. Media tanam berbentuk serpihan mampu menyimpan air
lebih lama dan dalam jumlah banyak. Contohnya humus bambu. Sebaliknya, media
tanam berbentuk silindris dan bulat bersifat mudah melepas air, semisal akar
pakis dan coco fiber . Sedangkan media tanam berbentuk bulat diantaranya adalah
pasir malang dan tanah. Ukuran butiran juga menentukan kemampuan benda tersebut
menyimpan air. Semakin kecil diameternya, kian besar kemampuannya menyimpan
air.
b. Sesuaikan dengan jenis tanaman
Tiap
jenis tanaman butuh jenis media tanam berlainan. Tanaman penghuni daerah kering
seperti Kaktus , Adenium , Euphorbia , dan Pachipodium sebaiknya ditanam
menggunakan media tanam yang bersifat porus dan mudah membuang air. Tanaman
seperti itu dicirikan oleh jumlah daun sedikit dan berukuran kecil. Sebaliknya,
jenis tanaman penyuka kondisi lembap harus ditanam menggunakan media tanam yang
mampu menyimpan air secara baik. Flora ini dicirikan oleh ukuran daunnya yang
lebar. Semisal Aglaonema , Philodendron , dan Anthurium .
c. Perhatikan kondisi lingkungan
Pemilihan
media tanam juga harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Bila cuaca di
tempat Anda berhawa panas dan kering, disarankan memilih jenis media tanam yang
memiliki kemampuan menyimpan air yang kuat. Sebaliknya, bila kondisi cuaca
tempat tinggal sering berkabut dan lembap, disarankan agar memilih media tanam
yang porus. Media tanam seperti ini mudah mengaliirkan air. Sehingga membuat
sistem perakaran tidak terlalu lembap dan menjadi busuk.
d. Kenali pertumbuhan tanaman
Umumnya,
tanaman muda yang masih dalam persemaian belum butuh pasokan hara dari luar
karena masih memiliki cadangan makanan. Pada saat itu, Anda cukup menggunakan
pasir malang, akar pakis atau coco peat sebagai media tanam. Media tanam dengan
campuran pupuk yang kaya zat hara baru disuguhkan setelah daun lembaga telah
gugur. Atau setelah daun asli yang pertama telah tumbuh.
e. Indoor vs outdoor
Tanaman
yang ditaruh di luar ruangan butuh pasokan air lebih banyak dari pada tanaman
yang ditaruh di dalam ruangan. Sebab, tanaman di luar ruangan melangsungkan
proses fotosintasa lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang berada di dalam
ruangan. Selain itu, tiupan angin dan intensitas matahari di luar ruangan
membuat laju penguapan lebih cepat dibandingkan dengan di dalam ruangan. Dengan
demikian, tanaman yang ditaruh di luar ruangan sebaiknya di tanam memakai media
tanam yang mampu menyimpan air dalam jumlah banyak dan dalam waktu lama.
f. Sesuai dengan jenis pot
Pot
berbahan plastik memiliki pori-pori lebih sedikit dibandingkan dengan pot
gerabah. Sehingga pot plastik mampu menahan kelembapan media tanam lebih baik
dibandingkan dengan pot gerabah. Namun, jumlah pori-pori sedikit itu membuat
aerasi di dalam pot plastik tidak sebaik aerasi dalam pot gerabah. Bila Anda
memilih pot plastik, disarankan agar media tanam yang digunakan adalah jenis
yang mudah mengalirkan air dan porus. Sementara media tanam untuk pot gerabah
dipilih yang memiliki kemampuan menyimpan air dalam waktu lama.
g. Pertimbangkan potensi penyakit
Media
tanam yang telah dicampur dengan pupuk kandang atau mengandung hara biasanya
lebih mudah mengundang bibit penyakit. Campuran media tanam dengan pupuk
kandang paling rawan mengundang bibit penyakit penyebab busuk akar. Media tanam
tersebut cocok digunakan untuk menanam jenis tanaman yang menyukai kondisi
kering. Misal Adenium , Pachipodium , dan Euphorbia .
h. Usia pakai
Jangan
lupa pertimbangkan pula usia pakainya. Media tanam bertekstur lunak dan
mengandung hara biasanya lebih mudah melapuk dan terurai. Sedangkan media tanam
bertekstur keras umumnya bersifat awet. Contoh media tanam berusia pendek
adalah humus bambu, humus kaliandra dan coco peat. Sedangkan media tanam
berusia panjang diantaranya akar pakis dan sekam padi. Bila Anda menggunakan
media tanam berumur pendek, Anda harus lebih rajin melakukan repotting
dibandingkan dengan memakai media tanam berumur panjang.
Jenis
media tanam yang dipakai pada praktikum kali ini antara lain :
1.
Tanah
Tanah
sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang
secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
tanaman, tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara. Jika
dilihat dari sifat kimiawi, maka tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi tanaman baik berupa senyawa organik, anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, CI, dan
lain-lain. Secara biologis tanah berfungsi sebagai habitat biota (organisme)
yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh) bagi tanaman, yang secara terpadu mampu menunjang produktivitas
tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan,
obat-obatan, industri perkebunan, kehutanan dan lain-lain. Sebagai
media tumbuh, tanah mempunyai empat fungsi utama, yaitu sebagai:
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman yang mempunyai dua peran
utama, yaitu penyokong tegak-tumbuhnya batang tanaman, dan sebagai penyerap
zat-zat yang dibutuhkan.
2. Penyedia
kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya, baik
selama pertumbuhan maupun untuk berproduksi, meliputi air, udara dan
unsur-unsur hara.
3. Penyedia
kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya agar
dapat tumbuh optimum, meliputi zat-zat aditif yang diproduksi oleh biota
terutama mikroflora tanah seperti;
a) Zat-zat pemacu tumbuh (hormon, vitamin dan asam-asam organik tertentu);
b) Antibiotik dan toksin yang berfungsi sebagai anti hama dan
penyakit tanaman di dalam tanah; dan
c) Senyawa-senyawa atau enzim yang berfungsi dalam penyediaan kebutuhan unsur
primer atau transformasi zat-zat toksik seperti pestisida dan limbah.
4. Habitat makhluk hidup tanah, baik yang berdampak positif karena
terlibat langsung atau tidak langsung dalam
penyediaan kebutuhan primer dan sekunder, maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama dan penyakit tanaman.
Fungsi tanah yang sedemikian pentingnya dalam penyediaan bahan pangan,
papan dan sandang bagi manusia (juga bagi hewan), membawa konsekuensi bahwa
manusia sebagai pengelola tanah, tidak saja dituntut untuk berpengetahuan
tentang: (1) tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman, (2)
fungsi tanah sebagai pelindung tanaman dari serangan hama-penyakit dan dampak
negatif pestisida maupun limbah industri berbahaya.
2.
Kompos
Kompos
merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses
fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput,
dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah
sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat
tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi
fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman.
Kandungan
bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi
tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner
(peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering) dan
soil ameliorator (berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada
tanah). Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu Yang telah
mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan warna dari bahan
pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah,
dan memiliki suhu ruang.
Adapun beberapa kekurangan dari kompos itu sendiri yang
membuat kita harus menambahkannya dalam jumlah banyak, diantaranya yaitu :
a. Kandungan
unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif
banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
b. Karena
jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk
pengangkutan dan implementasinya.
c. Dalam
jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara,
pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban
biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian
pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.
Selain
itu terdapat pula kelebihan – kelebihan dari pupuk kompos itu sendiri,
diantaranya adalah :
a. Kompos
mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara
mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik).
b. Kompos
mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormon dan
enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi
tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
c. Kompos
mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat
baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.
d. Memperbaiki
dan menjaga struktur tanah.
e. Menjadi
penyangga pH tanah.
f. Menjadi
penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
g. Membantu
menjaga kelembaban tanah
h. Aman
dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun
i. Tidak
merusak lingkungan.
3.
Arang
sekam
Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam
pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup
dapat menahan air. Penggunaan arang sekam cukup meluas dalam budidaya tanaman
hias maaupun sayuran (terutama budidaya secara hidroponik). Media ini sering digunakan karena
memiliki aerasi yang cukup baik, dan memiliki unsur N dan K. Sekam padi dapat
dimanfaatkan untuk media tanam dalam bentuk mentah dan dalam bentuk arang.
Arang sekam yang lazim disebut sekam bakar ini memiliki porousitas yang bagus,
tetapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa sekam bakar sebenarnya mudah hancur
dan mengendap, pada akhirnya cenderung menahan air
4.
Cocopeat
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif
yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam
berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat. Penggunaan sabut
kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan
rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah
lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi
sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam
terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media
lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan
karena
sifatya yang cepat
lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan
sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu
mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan
mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg),
kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
5.
Pupuk
kandang
Pupuk
organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang.
Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan
kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam.
Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain
itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu
merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih
mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi
kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan
hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan
sebagai media tanam. Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam
harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang
hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah
munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.
6. NPK
Pupuk
NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua
jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15 % dalam bentuk NH3, fosfor 15 %
dalam bentuk P2O5, dan kalium 15 % dalam bentuk K2O. Sifat Nitrogen (pembawa
nitrogen ) terutama dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang
dapat menunjang pertumbuhan tanaman.
Kelebihan pupuk
anorganik:
a. unsur yang terkandung cepat terurai dan cepat terserap oleh tanaman sehingga
Hasil cepat terlihat pada tanaman
b. Kandungan
unsure hara jelas
c. Mudah
pengaplikasian
d. Tidak
bau
e. Pengangkutan
mudah
Kekurangan pupuk anorganik :
a.
Karena
cepat terurai di alam, sehingga untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang
optimal harus dengan dosis yang tepat
b.
Waktu
pemupukan harus sering karena pupuk tidak tersimpan lama dalam media tanam
c.
Ketersediaan
pupuk tergantung pihak lain, misal pabrik dan distributor
d.
Harga
relatif tinggi
e.
Dapat
menyebabkan ketidak seimbangan unsur hara dalam tanah karena pemupukan yang
tidak berimbang
f.
Dalam
pemakaian jangka panjang dapat menurunkan pH tanah
Transplanting
adalah proses pemindahan tanaman bibit dari tempat pembibitan ke pot individu. Transplanting memiliki berbagai
aplikasi, termasuk:
memperpanjang musim tanam dengan memulai tanaman di dalam ruangan, sebelum kondisi luar menguntungkan melindungi tanaman muda dari penyakit dan hama sampai mereka cukup mapan perkecambahan menghindari masalah dengan menetapkan keluar bukan langsung bibit penyemaian. Berbeda spesies dan varietas tanaman bereaksi secara berbeda terhadap transplanting. Kerusakan perakaran akibat pencabutan yang tidak hati-hati akan menyebabkan semai menjadi kering. Penyapihan atau pemindahan yang kurang hati-hati akan menyebabkan kematian. Salah satu cara untuk mengatasi kerusakan atau kematian pada saat transportasi bibit adalah bibit yang dipindahkan dibungkus jadi satu yang diusahakan akar tertutup rapat dan bagian atas terbuka.
memperpanjang musim tanam dengan memulai tanaman di dalam ruangan, sebelum kondisi luar menguntungkan melindungi tanaman muda dari penyakit dan hama sampai mereka cukup mapan perkecambahan menghindari masalah dengan menetapkan keluar bukan langsung bibit penyemaian. Berbeda spesies dan varietas tanaman bereaksi secara berbeda terhadap transplanting. Kerusakan perakaran akibat pencabutan yang tidak hati-hati akan menyebabkan semai menjadi kering. Penyapihan atau pemindahan yang kurang hati-hati akan menyebabkan kematian. Salah satu cara untuk mengatasi kerusakan atau kematian pada saat transportasi bibit adalah bibit yang dipindahkan dibungkus jadi satu yang diusahakan akar tertutup rapat dan bagian atas terbuka.
Penyapihan dilakukan setelah bibit tumbuh
setinggi 5-10 cm untuk tanaman berbiji kecil dan 15-20 cm untuk tanaman berbiji
besar. Sebelum dipindahkan, lakukan penyeleksian bibit terlebih dahulu. Hanya
bibit yang tumbuh subur dan kekar dengan perakaran lurus yang dipindahkan.
Sementara itu, bibit yang tumbuh lambat, kerdil, tidak sehat dan perakarannya
bengkok sebaiknya dibuang. Pemindahan dilakukan dengan mengangkat bibit secara
hati-hati dari persemaian beserta media yang ada di sekitar perakarannya.
Usahakan tidak ada akar bibit yang putus atau rusak agar kondisinya tetap baik
saat ditanam di media sapih. Untuk bibit yang tumbuh di bedeng semai tidak
perlu dipindahkan semuanya, hanya untuk penjarangan. Sementara itu, sisanya
tetap dibiarkan tumbuh di bedeng semai dan disampih sampai cukup besar untuk
disambung, diokulasi, atau ditanam di lahan. Bibit yang tumbuh secara
individual di dalam polibag tidak perlu
dipindahkan sampai siap tanam di lahan.
Perbedaan antara transpalnting pada bibit sosis dengan transplanting
bibit sebaran yaitu pada peletakan bibit. Dimana untuk transpalnting bibit
sosis proses dilakukan peletakan hanya 1
sampai 2. Sedangkan untuk trnasplanting bibit sebaran proses dilakukan
sebarannya lebih dari 1. Maksud dari sebaran bibit yaitu peletakan bibit ke
tempat lain. Kemudian untuk perbedaannya yaitu kualitas bibit tersebut. Dimana
untuk bibit transplanting sosis lebih baik karena proses perawatan bibitnya
terjamin seperti pemberian pupuk,kemudian penyiraman dan lain-lain. Berbeda
dengan transplanting bibit sebaran yaitu hanya perawatannya apa adaya.
Tergantung dari manusian tersebut dirawat atau tidak.
Hidup tumbuhan ditentukan oleh faktor internal dan eksternal.
Daya toleransi setiap jenis terhadap
berbagai faktor eksternal berbeda-beda. Hukum
toleransi Shelford menyatakan bahwa tumbuhan yang memiliki toleransi luas terhadap berbagai
faktor cenderung tersebar luas atau memiliki kawasan habitat yang luas, dan
sebaliknya.
Pertumbuhan merupakan
proses pertambahan substansi biomassa atau materi biologi yang dihasilkan dari
proses-proses biosintesis di dalam sel
yang bersifat endergonik dan bersifat
irreverseble. Gejala pertumbuhan dapat tampak melalui pertambahan berat,
volum atau tinggi tanaman. Untuk pertumbuhannya, tumbuhan membutuhkan bermacam-macam hara, baik hara makro seperti
C, H, O, N, S, P, Ca dan Mg, maupun hara mikro seperti Mn, Cu, Mo, Zn, dan Fe.
Biasanya unsur makro dan mikro smua terdapat dipupuk. Yang mana pupuk dapat
diberikan langsung ke tanamantersebut. Bentuk dari pupuk sendiri bisa berebntuk
organik maupun anorganik. Biasanya untuk pupuk organik contohnya yaitu pupuk
kandang dan kompos. Untuk pupuk anorganik akibat penggunaan pupuk
anorganik yang berlebihan, mengakibatkan penurunan kandungan C organik tanah
dan disinyalir saat ini kandungan C organik tanah kurang 1 %, (lahan miskin).
Konsekuensi logisnya adalah lahan miskin bahan organik, bila dilakukan pemupukan
anorganik dosis berapapun produksinya tidak akan meningkat, karena bahan
organik tanah menjadi limiting faktor atau sebagai faktor pembatas pertumbuhan
dan hasil tanaman.
Bahan organik, pupuk kandang atau kompos merupakan bagian
penting dalam sistem tanah. Peran utama
kompos adalah sebagai “conditioner”
tanah-tanah kritis, memperbaiki sifat fisik dan biologik tanah dan menambah unsur hara. Bahan organik
memiliki peran penting di tanah karena :
1) membantu menahan air, sehingga
ketersediaan air tanah lebih terjaga, 2) membantu memegang ion sehingga meningkatkan kapasitas tukar ion atau
ketersediaan hara. 3) menambah hara
terutama N, P, dan K setelah bahan organik terdekomposisi sempurna,
4) membantu granulasi tanah sehingga
tanah menjadi lebih gembur atau remah,
yang akan memperbaiki aerasi tanah dean perkembangan sistem
perakaran, serta 5) memacu pertumbuhan
mikroba dan hewan tanah lainnya yang sangat
membantu proses dekomposisi bahan organik tanah. Sehingga dengan bahan
organik yang banyak diharapkan produk dari tanaman tersebut juga naik atau
tinggi.
Pada
praktikum rekayasa media tanam kali ini, kelompok 1 menggunakan media tanah,
kompos, dan arang sekam. Praktikum kali ini menggunakan 6 kali ulangan dengan 3
perlakuan komposisi media yang berbeda. U1P0 dan U1P1 menggunakan media tanah
seluruhnya, untuk U2P0 dan U2P1 menggunakan komposisi media tanam kompos dan
tanah dengan perbandingan komposisi 1 : 1. Sedangkan untuk perlakuan U3P0 dan
U3P1 menggunakan komposisi media tanah, kompos dan arang sekam dengan
perbandingan masing-masing 1:1:1.
Dari
hasil praktikum, diketahui bahwa tekstur media tanam sawi kelompok 4 sebelum pencampuran diketahui U1P0
memiliki tekstur pasir halus, U2P0 bertekstur halus, U3P0 bertekstur pasir
halus, U1P1 bertekstur pasir halus, U2P1 bertekstur pasir halus, dan U3P1 juga
memiliki tekstur pasir halus. Setelah adanya pencampuran, pada ulangan U1P0 memiliki
tekstur pasir halus dan U1P1 memiliki tekstur pasir halus, pada ulangan U2P0
memiliki tekstur pasir halus dan U2P1 memiliki tekstur pasir halus, sedangkan
pada ulangan U3P0 juga memiliki tekstur sama yaitu pasir halus dan U3P1 juga
bertekstur pasir halus. Saat ada tanaman masing-masing media tersebut memiliki
tekstur sebagai berikut : pada ulangan U1P0 dan U1P1 bertektur lempung, untuk
U2P0 dan U2P1 memiliki tekstur pasir halus, sedangkan untuk U3P0 dan U3P1
memiliki tekstur pasir halus. Setelah pemanenan tanaman, sifat fisik dari
masing – masing media tersebut yaitu : pada U1P0 dan U1P1 memiliki tekstur
lempung, untuk U2P0 dan U2P1 memiliki tekstur pasir halus, sedangkan untuk U3P0
dan U3P1 bertekstur pasir halus.
Pengamatan
sifat fisik media tanam yang dilakukan yaitu terhadap WHC, kapilaritas,
perkolasi, kapasitas absorbsi, plastisitas, temperatur dan aerasi. Sifat fisik
media tanam sebelum pencampuran diketahui bahwa WHC pada seluruh media tanam
yaitu sedang, sifat kapilaritas pada seluruh medai tanam diketahui rendah,
perkolasi seluruh media tanam diketahui cepat, kapasitas absorbsi seluruh media
rendah, plastisitas seluruh media sedang, temperatur keseluruhan media yang
digunakan menunjukkan agak hangat dan aerasi pada seluruh media menunjukkan agak
baik. Setelah terjadi pencampuran, WHC U1 dan U2 yaitu sedang, untuk U3 WHCnya
sangat rendah, kapilaritas U1 dan U2 yaitu rendah, sedangkan U3 menunjukkan
sangat cepat. Sifat perkolasi untu U1 dan U2 yaitu cepat, sedangkan untuk U3
sangat cepat. Sifat kapasitas absorbsi untuk U1 dan U2 yaitu rendah, sedangkan
U3 memiliki kapasitas absorbsi sangat rendah. Sifat kapilaritas untuk U1 dan U2
rendah, sedangkan untuk U3 memiliki sifat tidak plastis. Temperatur pada media
U1 dan U2 yaitu agak hangat, sedangkan untuk U3 hangat. Aerasi yang ditunjukkan
media tanam U1 dan U2 yaitu agak baik, sedangkan U3 menunjukkan aerasi yang
sangat baik.
Saat
setelah pemanenan tanaman, sifat WHC media tanam U1P0 yaitu tinggi, U2P0
sedang, U3P0 sangat rendah, U1P1 sedang, U2P1 sedang dan U3P1 sangat rendah.
Kapilaritas yang ditunjukkan oleh media U1P0 yaitu tinggi, U2P0 rendah, U3P0
sangat cepat, U1P1 rendah, U2P1 rendah dan U3P1 sangat cepat. Perkolasi media
tanam yang ditunjukkan oleh U1P0 yaitu rendah, U2P0 cepat, U3P0 sangat cepat,
U1P1 cepat, U2P1 cepat dan U3P1 sangat cepat. Kapasitas absorbsi yang
ditunjukkan pada masing-masing media percobaan yaitu U1P0 tinggi, U2P0 rendah,
U3P0 sangat rendah, U1P1 rendah, U2P1 rendah, U3P1 sangat rendah. Plastisitas
media yang diketahui untuk U1P0 yaitu tinggi, U2P0 rendah, U3P0 tidak ada, U1P1
rendah, U2P1 rendah, U3P1 tidak ada. Temperatur media tanam percobaan
masing-masing media untuk U1P0 dingin, U2P0 agak hangat, U3P0 hangat, U1P1 agak
hangat, U2P1 agak hangat, U3P1 hangat. Sedangkan untuk aerasi pada
masing-masing media diketahui U1P0 buruk, U2P0 agak baik, U3P0 sangat baik,
U1P1 buruk, U2P1 agak baik dan U3P1 sangat baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyono,
B. 2003. Teknik
dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara.
Djajadi,
Dkk. 2010. Pengaruh Media Tanam Dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap Sifat
Fisik, Kimia Dan Biologi Tanah Serta Pertumbuhan Jarak Pagar. Jurnal Littri 16 (2) : 64 – 69.
Fatimah,
Siti, Dkk. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata, Nees). Embriyo 5 (2) :
Hanum, Chairani.
2008. Teknik Budidaya Tanaman.
Jakarta : Depdiknas.
Haryanto, Eko,
Dkk. 2008. Sawi Dan Selada. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Nurwandani,
Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan
Tanaman Dan Produksi Benih. Jakarta : Depdiknas.
Nusifera,
Sosiawan. 2001. Respon Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Terhadap Pupuk Daun
Nutra-Phos N Dengan Konsentrasi Bervariasi. Jurnal
Agronomi 8 (1) : 27-29.
Setiawan,
Eko. 2009. Pengaruh Empat Macam Pupuk Organic Terhadap Pertumbuhan
Sawi(Brassica Juncea L). Embryo 6 (2) :
Suhardi, 1990. Dasar-
Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta : Kanisius.
Sutedjo. M. M, 1995. Pupuk
dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta.