BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hortikultura
merupakan kegiatan budidaya tanaman dalam skala yang lebih padat modal, padat
tenaga kerja, dan lebih intensif, karena mutu hasil merupakan tujuan akhir dari suatu budidaya tanaman. Walaupun begitu, budidaya hortikultura akan menghasilkan keuntungan
yang tidak sedikit. Komoditas hortikultura mencakup komoditas buah, sayur,
tanaman hias, dan tanaman obat.
Hortikultura adalah komoditas yang masih memiliki masa
depan relatif cerah ditilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang
dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia pada waktu mendatang,
sehingga perlu mulai mengembangkannya sejak saat ini.
Produk
hortikultura mempunyai karakteristik yang berbeda dari produk agronomi.
Komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup atau masih segar,
perisibel, dan mempunyai kandungan air yang tinggi. Contoh komoditas
hortikultura seperti sawi, kangkung, tomat, cabai, jambu, dan sebagainya.
Mutu adalah hal-hal
tertentu yang membedakan produk satu dengan lainnya, terutama yang berhubungan
dengan daya terima dan kepuasan konsumen (Kramer dan Twigg, 1970). Berdasarkan
pengertian ini, mutu akan sangat dipengaruhi oleh individu konsumen. Dalam
rangkaian jalur perdagangan buah-buahan dan sayuran, pihak konsumen ini bisa
berupa industri, pedagang perantara, pasar swalayan, atau pun konsumen rumah
tangga. Karena itu, mutu buah dan sayuran juga akan sangat dipengaruhi oleh
kegunaan akhirnya.
Secara permasalahan yang masih
dijumpai banyak dalam penaganan pascapanen produk hortikultura antara lain:
1. Masing-masing
daerah sentra produksi tidak mempunyai jadwal panen untuk saling mengisi,
sehingga produk seringkali membanjiri pasar pada saat yang bersamaan sehingga
harga jatuh (terutama terjadi pada buah musiman).
2. Panen tidak dilakukan pada waktu yang tepat sesuai
dengan kondisi produk, tetapi lebih dipicu oleh harga yang berfluktuasi
sehingga produk adakalanya belum mencapai kondisi optimum (misalnya buah yang
masih terasa masam meskipun sudah masak), atau malah lewat kondisi optimum
akibat penundaan sehingga mudah membusuk.
3. Penanganan dilakukan dengan kasar, bahkan dilempar,
ditekan terlalu keras saat pengemasan, dan lain sebaginya.
Dalam hal
ini komoditas buah dan sayur mudah mengalami kerusakan karena proses respirasi
dan transpirasi yang terjadi. Untuk menghambat proses kemunduran pasca panen
komoditas harus diperlukan penanganan yang menjadi solusi untuk mengatasi
permasalahan pasca panen produk hortikultura.
Salah satu
proses paling efektif dilakukan dengan menurunkan suhu produk dengan cara
pengemasan produk. Dengan kemasan plastik untuk produk segar akan
menyebabkan adanya perubahan konsentrasi CO2 dan O2 sekitar produk di dalam
kemasan sebagai akibat dari proses respirasi produk serta interaksinya dengan
permeabilitas plastic terhadap gas O2 dan CO2. Menurunnya konsentrasi O2 dan
meningkatnya konsentrasi CO2 sebagai akibat respirasi produk, dan karakteristik
permeabilitas dari kemasan plastic ikut berperan dalam mengkreasi konsentrasi
O2 dan CO2 di dalam ruang bebas kemasan dapat berakibat terhadap penurunan laju
respirasi produk dalam kemasan itu sendiri.
1.2 Tujuan
1.
Mahasiswa
memahami adanya interaksi metabolism produk dengan karakteristik pearmeabilitas
plastic berpengaruh terhadap mutu produk hortikultura segar selama penyimpanan.
2.
Mahasiswa memahami pentingnya pengemasan dan
suhu penyimpanan sebagai cara untuk memperlambat kemunduran mutu produk.
3.
Mahasiswa mampu mengedentifikasi perubahan –
perubahan dan karakteristik mutu produk segar akibat pengemasan plastik dan suhu
selama penyimpanan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produk
Hortikultura
Kerusakan akan terjadi pada hasil
pertanian selama penyimpanan apabila terdapat oksigen, terutama apabila proses
anaerobik masih berjalan. Pada umumnya kerusakan tersebut merupakan perubahan
bau dan rasa. Tiap-tiap hasil pertanian mempunyai ketahanan sendiri-sendiri
terhadap oksigen. Kebanyakan buah-buahan akan rusak apabila oksigen dalam udara
lebih dari 5%, sedangkan buah jeruk sudah rusak pada kadar oksigen 3% dan apel
rusak pada kadar oksigen dibawah 1% (Kays, 1991).
Untuk memperlambat laju
kemunduran pasca panen komuditas buah-buahan dan sayuran diperlukan suatu cara
penanganan dan pelakuan yang baik, sehingga laju respirasi dan transpirasi
dapat ditekan serendah mungkin. Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju
respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk. Namun demikian beberapa cara
tambahan dari cara pendinginan tersebut dapat meningkatkan efektifitas
penurunan laju respirasi.
Beberapa usaha yang
dilakukan untuk memperpanjang masa simpan buah, antara lain dengan teknik
modifikasi atmosfer, pelapisan lilin, penyimpanan dan pembungkusan dengan
kantong plastik (Magdelina,1997).
Untuk memperlambat kemunduran pasca panen komoditas
buah-buahan diperlkan suatu cara penanganan dan perlakuan yang dapat menurunkan
respirasi dan transpirasi sampai batas minimal dimana produk tersebut masih mampu melangsungkan aktivitas hidupnya.
Pengemasan dengan plastik film adalah salah satu cara untuk menurunkan
respirasi untuk produk hotikultura segar. Dengan kemasan plastik untuk produk
segar menyebabkan perubahan atau modifikasi konsentrasi CO2 dan O2
sekitar produk kemasan,dimana konsentrasi CO2 akan meningkat dan
O2 menurun akibat interaksi respirasi dan permeabilitas bahan
(Utama,-).
Kerusakan dapat dikendalikan dengan menggunakan
kemasan yang beranekaragam jenisnya dan perlindungan yang diberikan ditentukan
oleh sifat bahan pengemas dan jenis kontruksinya (Fardiaz, 1984).
Pengemasan yang baik harus dapat
melindungi barang segar dari pengaruh lingkungan dan mencegah dari cacat fisik.
Pengemasan harus memberikan keuntungan dari segi kesehatan sehingga kebersihan
tiap wadah haruslah diperhatikan. Setiap wadah yang tertutup dapat ikut
membantu menghindarkan barang dari debu atau pasir selama pengangkutan sehingga
produk yang telah dicuci akan tetap bersih sampai ke tangan konsumen.
Pengemasan juga menghindarkan produk dari kontaminasi senyawa yang tidak
diinginkan, serangan hama dan mikroorganisme.
Pengemasan harus menggunakan wadah
yang efisien dan tidak menurunkan mutu. Bahan wadah untuk pengemasan dapat
bermacam-macam, mulai dari karung goni, keranjang bambu, kotak kayu, plastik,
kardus, stirofoam sampai jala-jala plastik. Kemasan-kemasan ini berbeda
bentuk dan penggunaanya tergantung dari tujuan pengemasan. Ada kemasan yang
khusus untuk pemanenan, untuk penyimpanan, untuk distribusi dan ada pula yang
digunakan untuk kemasan konsumen. Untuk kemasan yang digunakan untuk
penyimpanan di gudang, harus digunakan wadah yang kuat dan dengan penataan yang
sedemikian rupa karena biasanya dilakukan penumpukan.
2.2 Pengemasan
Produk Hortikultura
Sistim atmosfer termodifikasi
merupakan suatu sistim kompleks dimana terjasdi interaksi antara produk dan
kemasan. Pertukaran gas dalam kemasan sangat tergantung pada permeabilitas
bahan kemasan yang digunakan (Rosalina, 2011).
Penggunaan
plastik sebagai bahan kemasan buah-buahan dapat memperpanjang masa simpan
produk hortikultura segar, dimana kemasan plastik memberikan perubahan gas-gas
atmosfer dalam kemasan itu sendiri yang berbeda dengan atmosfer udara normal
yang mana dapat memperlambat perubahan fisiologis yang berhubungan dengan
pemasakan dan pelayuan (Setyadjit, 1992).
Pengemasan dengan
plastic film adalah salah satu cara untuk menurunkan laju respirasi tersebut. Dengan
kemasan plastic untuk produk segar akan menyebabkan adanya perubahan
konsentrasi CO2 dan O2 sekitar produk didalam kemasan sebagai akibat dari
proses respirasi produk serta interaksinya dengan permeabilitas plastic
terhadap O2 dan CO2. Menurunnya konsentrasi O2 dan meningkatnya konsentrasi CO2
sebagai akibat respirasi produk, dan karakteristik permeabilitas dari kemasan
pelastik ikut berperan dalam mengkreasi konsentrasi O2 dan CO2 didalam ruang
bebas kemasan dapat berakibat terhadap penurunan laju respirasi produk kemasan
itu sendiri.
Film kemasan polyethtlene meruoakan bahan pengemas
plastik yang baik digunakan pada sistem penyimpanan pada dengan atmosfer
modifikasi karena mempunyai permeabilitas yang besar terhadap CO2 dibandingkan
dengan O2 meskipun permeabilitas film kemasan polyethtlene cukup besar tetapi tidak cocok digunakan sebagai
kemasan penutup (Rosalina,2011).
Plastik sebagai
bahan kemas sangat luas penggunaannya, serbaguna untuk melindungi dari
kerusakan, menyimpan dan memamerkan bahan pangan. Jenis plastik yang paling
banyak digunakan adalah plastik polyethilen dan polypropilen karena harganya
murah, kuat bersifat kedap air, memudahkan penanganan dalam distribusi serta
bahan bakunya mudah diperoleh. Permeabilitas plastik polypropilen terhadap O2,
CO2, maupun H2O lebih rendah daripada plastik polyethilen. Oleh karena itu
pemilihan bahan pengemas yang sesuai merupakan faktor penting karena
berhubungan dengan umur simpan buah mangga yang dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban, konsentrasi O2, dan CO2 (Susanto, 1994).
Penggunaan
plastik sebagai bahan kemasan buah-buahan dapat memperpanjang masa simpan
produk hortikultura segar,dimana kemasan plastik memberikan perubahan gas-gas
atmosfer dalam kemasan berbeda dengan atmosfer udara normal yang mana terdapat
memperlambat perubahan fisiologis yang berhubungan dengan pemasakan dann
pelayuan (Utama,-)
Pemilihan ketebalan kemasan plastik untuk buah-buahan
adalah hal yang kritis karena berhubungan dengan permeabilitas terhadap O2, CO2,
dan uap air (Pantastico, 1986).
Secara
bersamaan dipengaruhi pula oleh aktivitas respirasi dari produk yang dikemas
tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk
mempelajuri pengaruh ketebalan plastik polietilen densitas rendah sebagai bahan
pengemas buah manggis terhadap modifikasi gas O2 dan CO2 selama penyimpanan
(Roosmalasari, 2009).
Menurut
Pantastico (1993), konsentrasi O2 yang rendah dapat mempunyai pengaruh :
a. Laju respirasi dan oksidasi
substrat menurun
b. Pematangan tertunda dan
sebagai akibatnya umur komoditi menjadi lebih panjang
c. Perombakan klorofil
tertunda
d. Produksi C2H4 rendah
e. Laju pembentukan asam
askorbat berkurang
f. Perbandingan asam-asam
lemak tak jenuh berubah
g. Laju degaradasi senyawa
pektin tidak secepat seperti dalam udara
2.2.1 Laju
Respirasi dan Transpirasi
Respirasi adalah suatu proses
pembongkaran bahan organik yang tersimpan (katabolisme) seperti karbohidrat,
protein, dan lemak menjadi bahan sederhana dan produk akhirnya berupa energi.
Oksigen digunakan dalam proses ini, dan karbondioksida dikeluarkan/dihasilkan.
Makna dari terjadinya respirasi pada organ panenan adalah
1. Senesen dipercepat karena
cadangan makanan yang diubah menjadi energi untuk mempertahankan kehidupan
komoditi secara bertahap akan habis,
2. Kehilangan nilai gizi bagi
konsumen dan berkurangnya mutu rasa, khususnya rasa manis,
3. Kehilangan berat kering ekonomis.
Untuk
mendukung agar respirasi berlangsung wajar selama proses senescence diperlukan
suatu minimal (dalam batas tertentu) pemusatan oksigen, di bawah batas minimal
akan terjadi respirasi anaerob dan dihasilkan alkohol, sehingga dapat
menyebabkan hilangnya aroma dan terjadinya kerusakan jika peristiwa berlangsung
lama serta alkohol yang dihasilkan itu mencapai ± 100 mg. Proses aerasi
menyebabkan sejumlah kecil alkohol tadi akan hilang dan dengan demikian
pergantian/perubahan-perubahan zat-zat akan berlangsung kembali secara wajar
(Pantastico et al, 1986).
Untuk memperlambat kemunduran pasca panen komoditas
buah-buahan diperlukan suatu cara penanganan dan perlakuan yang dapat
menurunkan respirasi dan transpirasi sampai batas minimal dimana produk
tersebut masih mampu melangsungkan aktivitas hidupnya. Pengemasan dengan
plastik film adalah salah satu cara untuk menurunkan respirasi untuk produk
hortikultura segar. Dengan kemasan plastik untuk produk segar tersebut dapat
menyebabkan adanya perubahan atau modifikasi konsentrasi CO2 dan O2 sekitar
produk di dalam kemasan, dimana konsentrasi CO2 akan meningkat dan O2 menurun
akibat interaksi dari respirasi komoditi yang dikemas dan permeabilitas bahan
kemasan terhadap kedua gas tersebut.
Kehilangan air (transpirasi) dapat
merupakan penyebab utama deteriorasi karena tidak saja berpengaruh langsung
pada kehilangan kuantitatif (bobot) tetapi juga menyebabkan kehilangan kualitas
dalam penampilannya (dikarenakan layu dan pengkerutan), kualitas penampilan
(lunak, mudah patah) dan kualitas nutrisi.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh
faktor dalam atau faktor komoditi (sifat morfologi dan anatomi) dan faktor luar
(suhu, kelembaban relatif, tekanan atmosfir dan kecepatan gerakan udara).
Terkait dengan faktor-faktor tersebut dan bahwa transpirasi adalah proses
fisika yang dapat dikendalikan maka pengurangan atau penekanan proses
transpirasi pada komoditi panenan dapat pula dilakukan. Upaya-upaya tersebut
meliputi pembungkusan atau penyelaputan, pengemasan ataupun manipulasi
lingkungan yang tidak menguntungkan menjadi lingkungan yang nyaman bagi
komoditi selama dalam penyimpanan.
2.2.2Modified atmosphere packaging (MAP)
Salah satu cara untuk menekan laju
respirasi adalah dengan pengemasan dalam film plastic yang dapat memodifikasi
atmosfer di sekitar produk (pengemasan atmosfer termodifikasi atau modified
atmosphere packaging atau MAP). MAP umumnya menghalangi pergerakan udara,
memungkinkan proses respirasi normal produk mengurangi kadar oksigen dan
meningkatkan kadar karbon dioksida udara di dalam kemasan. Keuntungan utama
tambahan penggunaan film plastik adalah mengurangi kehilangan air.
Penyimpanan produk segar hortikultura
dengan sistem MAP dilakukan dalam bentuk kemasan menggunakan plastik film yang
mempunyai nilai premeanilitas terhadap O2 dan CO2 tertentu
tanpa melakukan monitoring terhadap komposisi gas selama penyimpanan.
(Hasbullah, 2008).
Pelaksanaan teknologi Map lebih
banyak diterapkan karean tidak membutuhkan gas generator untuk mengatur
atmosfer penyimpanan,sehingga lebih
ekonomis. Penggunaan teknologi MAP ditujukan untuk menjaga atmosfer dalam
kemasan tetap kemasan tetap terjaga, sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan
umur simpan bah segar.Teknologi penyimpanan ini memerlukan kesesuaian antara
bahan keamsan dan produk yang dikemas (Rosalina,2011).
Modified Atmosphere
Packaging (MAP) digunakan untuk meningkatkan umur simpan produk segar. Industri
pangan membutuhkan teknologi pengawetan yang mengurangi terjadinya resiko
perubahan sifat kimia dan fisik bahan pangan, seperti MAP. Namun, memperpanjang
umur simpan dapat memacu meningkatnya resiko mikrobiologi seperti terpacunya
pertumbuhan pathogen yang toleran terhadap suhu rendah.
Modifikasi atmosfer dan
secara aktif ditimbulkan dengan membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup
(seperti kantong polietilen yang tidak berventilasi),dan kemudian memasukkan
campuran komposisi atmosfer yang diinginkan yang sudah jadi dari luar. Secara umum, penurunan konsentrasi
oksigen dan peningkatan konsentrasi karbon dioksida akan bermanfaat terhadap
kebanyakan komoditi. Pemilihan film polimerik terbaik untuk setiap
komoditi/kombinasi ukuran kemasan tergantung pada permeabilitas film dan laju
respirasi pada kondisi waktu/suhu yang dinginkan selama penanganan.
Komposisi gas di dalam
kemasan MAP ditentukan dari komposisi gas awal yang terdapat di dalam kemasan
,laju respirasi produk (laju konsumsi O2 dan laju produksi CO2),nilai
permeabilitas plastik film kemasan dan suhu penyimpanan (Hasbullah, 2008).
MAP dapat digunakan dalam kontainer
pengapalan dan dalam unit-unit kemasan konsumen. Modifikasi atmosfer dan secara
aktif ditimbulkan dengan membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup. (seperti
kantong polietilen yang tidak berventilasi), dan kemudian memasukkan campuran
komposisi atmosfer yang diinginkan yang sudah jadi dari luar. Secara umum,
penurunan konsentrasi oksigen dan peningkatan konsentrasi karbon dioksida akan
bermanfaat terhadap kebanyakan komoditi. campuran gas yang direkomendasi untuk
penyimapanan dan transportasi atmosfer terkendali dan atmosfer termodifikasi
bagi berbagai komoditi, Pemilihan film polimerik terbaik untuk setiap
komoditi/kombinasi ukuran kemasan tergantung pada permeabilitas film dan laju
respirasi pada kondisi waktu/suhu yang dinginkan selama penanganan. Penyerap
oksigen, karbon dioksida dan/atau etilen dapat digunakan dalam kemasan atau
kontainer untuk membantu menjaga komposisi atmosfer yang diinginkan. Pengemasan
dengan atmosfer termodifikasi hendaknya selalu dipandang sebagai tambahan untuk
pengelolaan suhu dan kelembaban nisbi yang baik. Perbedaan antara manfaat dan
kerugian konsentrasi dari oksigen dan karbondioksida untuk setiap jenis produk
adalah relatif kecil, sehingga tindakan sangat hati-hati harus dilakukan jika
menggunakan teknologi ini.
1 komentar:
Ebobet merupakan situs slot online via deposit pulsa aman dan terpercaya, Dengan menggunakan Satu User ID bisa bermain semua game dari Bola, Live Casino, Slot online, tembak ikan, poker, domino dan masih banyak yang lain.
Sangat banyak bonus yang tersedia di ebobet di antaranya :
Bonus yang tersedia saat ini
Bonus new member Sportbook 100%
Bonus new member Slot 100%
Bonus new member Slot 50%
Bonus new member ALL Game 20%
Bonus Setiap hari 10%
Bonus Setiap kali 3%
Bonus mingguan Cashback 5%-10%
Bonus Mingguan Rollingan Live Casino 1%
Bonus bulanan sampai Ratusan Juta
Bonus Referral
Minimal deposit hanya 10ribu
Posting Komentar