Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Senin, 17 Desember 2012

Uji kelayakan benih/biji


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.
Dalam keberhasilan peningkatan dalam usaha tani sangat dipengaruhi oleh beberapa bahan input berbagai faktor produksi yang salah satunya adalah penggunaan benih dalam budidaya berkualitas. Dengan menggunakan benih bermutu diharapkan akan meningkatkan produktivitas  bagi petani dapat mengurangi dari serangan hama penyakit dengan menggunakan benih unggul. Dengan penggunaan benih yang bermutu diharpakan adanya peningkatan produksi akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani.
Benih yang dikatakan bermutu dengan kriteriayaitu asli, berkualitas yang memiliki standar mutu baik secara fisik, fisiologis, dan genetis yang berlaku secara internasional dan mencerminkan karakteristik varietas yang diwakilinya, hidup dapat tumbuh apabila ditanam, sehat, tahan terhadap penyakit, benih tidak menjadi sumber investasi gulma. Dengan persyaratan yang menjelaskan tentang benih yang bermutu dimana perlu dilakukan pengujian mutu benih seperti pengujian daya berkecambah, kemurnian benih, kadar air hingga pengujian kesehatan benih. 
Dalam pengujian mutu benih, pengujian kesehatan benih adalah melihat kesehatan benih baik dari dalam benih yaitu fisiologis maupun permukaan benih, dimana benih tersebut mengandung patogen apa tidak baik tanda-tanda di permukaannya yang menyebabkan benih  tersebut terjadi penyimpangan yang menyebabkan benih tersebut tidak bisa melakukan fungsinya secara normal sebagai bahan perbanyakan tanaman.
 Dalam hal ini benih bermutu selalu diharapkan dengan kualitas yang tinggi bagi seluruh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses budidaya. Untuk menjaga kualitas benih tersebut, maka peranan pengujian benih menjadi sangat penting dan harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani.
Benih dikatakan sehat jika benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Patogen adalah suatu kesatuan hidup yang dapat menyebabkan penyakit. Sedangkan patogenisitas adalah kemampuan relatif dari suatu patogen untuk menyebabkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkannya kemungkinan dapat terjadi pada kecambah, tanaman muda ataupun tanaman yang telah dewasa. Semua golongan patogen seperti cendawan, bakteri, virus, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini dapat terjadi karena benihnya telah terinfeksi atau kerena kontaminasi pada permukaan benih. Kebanyakan patogen yang terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau disemaikan. Sebagai akibatnya benih menjadi busuk sebelum atau sesudah benih berkecambah. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdekteksi dan dapat mengurangi dampak dari patogen pada benih tersebut dan merupakan informasi tentang adanya suatu resiko dari serangan patogen itu.

1.2 Tujuan
1.        Untuk mengetahui pengaruh dari pelaksanaan uji kelayakan benih.
2.        Untuk mengetahui metode-metode dalam uji kelayakan benih.



                          BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Benih
Benih merupakan faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih sangat penting dalam memproduksi tanaman yang memiliki kualitas tinggi. Keberadaan benih juga sangat penting dalam meningkatkan plasma nutfah untuk kepentingan pemuliaan tanaman. Benih merupakan bahan tanam yang berasal dari pembiakan secara generatif atau juga disebut sebagai hasil dari persilangan. Dalam proses budidaya, benih merupakan faktor utama dalam produksi, tanpa benih proses budidaya tidak akan berjalan.
Penyimpanan benih tidak dapat menghentikan deteriorasi, akan tetapi penyimpanan yang baik dapat memperlambat deteriorasi. Deteriorasi merupakan semua proses dan akibat yang menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil benih setelah masak fisiologis (Andayanie, 2009).
Benih yang mempunyai mutu berkualitas yang mana benih tersebut bebas dari patogen. Patogen adalah suatu kesatuan hidup yang dapat menyebabkan penyakit pada benih. Sedangkan patogenisitas adalah kemampuan relatif dari suatu patogen untuk menyebabkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkannya kemungkinan dapat terjadi pada kecambah, tanaman muda ataupun tanaman yang telah dewasa. Semua golongan patogen yang dapat menyerang benih seperti cendawan, bakteri, virus, dan nematoda. Yang mana jika benihnya telah terinfeksi atau kerena kontaminasi pada permukaan benih yang mana terjadi proses abnormal pada fisiologis benih. Kebanyakan patogen yang terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau disemaikan.Akibat dari benih yang terserang maka benih mengalami pembusukan dan rusak sebelum atau sesudah benih berkecambah. Patogen yang menginfeksi benih dapat diidentifikasi sebagai berikut: :
a. Seed bornediseases
b. Seed transmitted diseases
c. Seed contamination diseases

2.2 Perkembangan Patogen pada Benih
Dalam perkembangan patogen yang terdapat pada benih dibutuhkan keadaan lingkungan yang berbeda agar dapat tumbuh dan menghasilkan spora dari patogen tersebut. Oleh sebab itu kondisi lingkungan pada waktu pengujian kesehatan benih harus benar-benar teliti dalam keadaan iklim pada patogen sehingga dapat merangsang pertumbuhannya. Sehingga untuk mengetahui kualitas mutu dari benih terhadap serangan patogen  baik sebelum maupun sesuadah  yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan benih dalam uji benih.
Pemeriksaan kesehatan benih adalah suatu tindakan untuk memastikan ada tidaknya mikroorganisme patogenik yang terbawa oleh benih. Uji kesehatan benih merupakan suatu kegiatan yanga dilakukan untuk mengetahui kesehatan suatu benih. pentingnya uji kesehatan benih dilakukan adalah karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya.

2.3 Penjelasan Uji Kelayakan Benih
Dalam pengujian kesehatan benih dilakukan sangat penting karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas produk, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdeteksi dan dapat mengurangi penyakit pada benih tersebut (Sutopo, 2002). Kulit benih dan struktur disekitarnya yang telah terserang patogen dapat mempengaruhi kemampuan perkecambahan benih melalui penghambatan terhadap penyerapan air, pertukaran gas, difusi inhibitor endogenous atau penghambatan pertumbuhan embrio. Sementara jika penghambatan perkecambahan terjadi pada benih yang tidak mempunyai kulit keras atau tidak memerlukan skarifikasi untuk penyerapan air, maka kemungkinan penyebabnya adalah penghambat bagian lain dari benih misalnya endosperma (Watkins ,Cantliffe, 1983). Patogen yang menginfeksi benih dapat menyebabkan perubahan benih menjadi :
a.    Berubah secara fisik dan kimiawi
b.    Berkecambah secara abnormal
c.    Tidak dapat berkecambah
d.    Kecambahnya tidak mampu muncul kepermukaan lahan
e.    Hasil pengujian viabilitas kecambahnya jadi terpengaruh.
2.4 Metode Uji Kelayakan Benih
Pengujian benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Karena itu, pengujian dilaboratorium dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan agar mencapai perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh benih. Kondisi yang terkendali telah distandarisasi untuk memungkinkan hasil pengujian yang dapat diulang sedekat mungkin kesamaannya (Anonim, 2003). Hal ini sangat penting agar patogen tersebut dapat diidentifikasi terutama patogen yang terdapat dalam benih. Disamping itu memerlukan latihan dan macam peralatan yang berbeda pula. Metode yang digunakan atau dipilih tergantung dari jenis patogen atau keadaan yang akan diselidiki, jenis benih tanaman, dan maksud dari pengujian. Pemilihan metode yang tepat serta evaluasi hasil, memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini metode dilakukan sesua patogen yang menyerang benih.

1. Pengujian Cendawan 
Cendawan terbawa benih dapat menimbulkan penyakit pada tanaman sebelum benih berkecambah, pada waktu tanaman masih muda atau menjelang berbunga atau berbuah. Selain dapat menyebabkan penyakit pada tanaman itu sendiri, cendawan dapat pula menjadi sumber infeksi untuk tanaman lain. Cendawan dapat mempertahankan diri di lapang misalnya pada sisa tanaman dan gulma. Pada keadaan ini cendawan akan menjadi sumber inokulum. Meskipun saat penanaman menggunakan benih yang sehat, tetap terserang penyakit. Cendawan terbawa benih dapat bertahan lama di lapang (Sugiharso at al. 1980). Informasi tentang asosiasi cendawan pada benih serta peran dari masing-masing cendawan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan bibit dan tanaman sehat di lapang. Terdapat beberapa metode dalam pengujian Cendawan  salah satunya: 
a.) Metode inkubasi cendawan dengan metode blotter test (metode kertas saring)
Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit kemudian dibilas dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan dikeringkan dengan tissue steril. Kemudian benih disusun pada petridish yang telah dilapisi kertas saring steril. Petridish diletakkan di ruang inkubasi dibawah lampu NUV selama 7 hari. Setelah 7 hari pertumbuhan cendawan diamati dengan menggunakan compound mikroskop. 
b.) Metode nkubasi Cendawan dengan Metode Agar Test 
Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit kemudian dibilas dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan dikeringkan dengan tissue steril. Untuk benih besar, benih dipotong terlebih dahulu sedangkan untuk benih kecil langsung ditanam pada media agar (PDA) yang telah disiapkan di petridish. Petridish diletakkan di ruang inkubasi dibawah lampu NUV (Near Ultra Violet) dengan 12 jam gelap dan 12 jam terang selama 7 hari. Setelah 7 hari pertumbuhan cendawan diamati dengan menggunakan compound mikroskop.

2. Pengujian Bakteri 
Metode pengujian kesehatan benih pada bakteri biasanya digunakan pada dasarnya tergantung pada macam-macam dari benih yang dipakai dan organisme pengganggu tanaman yang mungkin terdapat pada benih tersebut. Keberadaan suatu patogen seringkali baru dapat diketahui dengan pasti setelah melalui teknik pemeriksaan atau pengujian tertentu. Penggunaan media yang tidak steril atau ruang kerja tidak steril. Dimana  kemungkinan besar akan terjadi kontaminasi atau terinfeksi oleh bakteri sehingga akan menyulitkan dalam mengidentifikasi bakteri yang terdapat pada benih tersebut. 

3. Pengujian Virus 
Benih memegang peranan penting dalam budidaya tanaman. Kualitas benih yang baik merupakan syarat penting untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan menguntungkan. Salah satu karakter mutu adalah tidak terdapatnya patogen terbawa benih, yang salah satunya adalah virus. Kerugian secara ekonomis akibat serangan virus sering tidak dapat diketahui secara pasti, karena pada kondisi lapang infeksi virus atau patogen lainnya sering terjadi secara simultan (Balitsa, 2006). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala virus pada suatu tumbuhan dapat dilakukan melalui beberapa pengujian antara lain salah satunya: 
a. Pengujian Growing on Test 
Menyiapkan media tanam pasir dan kompos (1:1), mengambil benih secara acak dari sampel benih dan menanam benih tersebut pada media yang telah disiapkan dan mengamati dan mencatat gejala-gejala yang timbul pada tanaman. 
b. Pengujian Tanaman indikator 
Menyiapkan tanaman indicator misalnya tembakau, menyiapkan ekstrak daun yang memiliki gejala terserang virus, menaburi daun tanaman indicator dengan carborundrum, mengolesi daun indicator tersebut dengan ekstrak daun dengan menggunakan cotton bud. Kemudian daun tersebut disemprot dengan aquades dan dibiarkan selama 3-4 hari atau setelah menunjukkan adanya gejala. 
c. Pengujian Ellisa 
Metode Ellisa disebut juga metode langsung (Direct Elisa/DAS Elisa) yang merupakan metode pengujian untuk mengetahui suatu sampel mengandung virus atau tidak. 






1 komentar:

Miliana mengatakan...

lengkap sekali infonya makasih kak

seo adalah singkatan dari

Posting Komentar